LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Konsep Teori
A.
Pengertian
Pengertian keperawatan keluarga dapat
dinyatakan dalam berbagai sumber sebagai berikut (Achjar, 2010):
1.
Menurut Friedman (1998), keluarga
merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi, dan
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individu-individu
yang ada didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan
untuk mencapai tujuan bersama.
2.
Keluarga terdiri dari orang-orang yang
disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi yang hidup bersama
dalam satu rumah tangga, anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu
sama lain dengan peran sosial keluarga (Burgess dkk, 1936).
3.
Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Depkes RI, 1998).
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa
keluarga juga merupakan suatu sistem. Sebagai sistem, keluarga mempunyai
anggota yaitu : ayah, ibu dan anak atau semua individu yang tinggal didalam
rumah tangga tersebut. Anggota keluarga saling berinteraksi, interelasi dan
interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang
terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh suprasistemnya yaitu lingkungan
(masyarakat) dan sebaliknyasebagai sub sistem dari lingkungan (masyarakat)
keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (suprasistem) (Andarmoyo, 2012).
B.
Tujuan
Dasar Keluarga
Tujuan dasar
pembentukan keluarga adalah :
1.
Keluarga merupakan unit dasar yang
memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan individu.
2.
Keluarga sebagai perantara bagi
kebutuhan dan harapan anggota keluarga dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat.
3.
Keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga dengan menstabilkan kebutuhan kasih sayang,
sosio-ekonomi dan kebutuhan seksual.
4.
Keluarga memiliki pengaruh yang penting
terhadap pembentukan identitas seseorang individu dan perasaan harga diri
(Andarmoyo, 2012).
C.
Fungsi
Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau
konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh
keluarga. Terdapat beberapa fungsi menurut Friedman (1998) ; Setiwati &
Dermawan (2005) yaitu :
1.
Fungsi Afektif
Merupakan fungsi
keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari anggota
keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang
dialami tiap anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat
bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.
2.
Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi
tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan
norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku, yang boleh dan tidak
boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga
produktif terhadap social dan bagaimana keluarga memperkenalkan anak dengan
dunia luar dengan belajar berdisiplin, mengenal budaya dan norma melalui
hubungan interaksi dalam keluarga sehingga mampu berperan dalam masyarakat.
3.
Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi perawatan
kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan
kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan
perkembangan fisik, mental dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat
anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4.
Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, papan dan kebutuhan
lainnya melalui keefektifan sumber dana keluarga. Mencari sumber penghasilan
guna memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5.
Fungsi Biologis
Untuk meneruskan
keturunan dan untuk memelihara serta membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
6.
Fungsi Psikologis
Terlihat bagaimana
keluarga memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara
anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga, dan
memberikan identitas keluarga.
7.
Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan
diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan, membentuk
perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai
dengan tingkatan perkembangannya (Achjar, 2010).
D.
Tipe
Keluarga
Secara tradisional
keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1.
Keluarga inti (nuclear family) adalah
keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2.
Keluarga besar (extended family) adalah
keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan
darah (kakek-nenek, paman-bibi).
Pengelompokkan
tipe keluarga selain kedua diatas berkembang menjadi :
1.
Keluarga bentukan kelmbali (dyadic
family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau
kehilangan pasangannya.
2.
Orangtua tunggal (single family) adalah
keluarga yang terdiri dari salah satu orangtua dengan anak-anak akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya.
3.
Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the
unmarried teenage mother).
4.
Orang dewasa (laki-laki atau perempuan)
yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone).
5.
Keluarga dengan anak tanpa pernikahan
sebelumnya (the nonmarital heterosexual cohabiting family).
6.
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan
yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family) (Suprajitno, 2004).
E.
Struktur
Keluarga
Struktur keluarga dapat
menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat
sekitarnya. Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman mengatakan
empat elemen struktur keluarga yaitu :
1.
Struktur peran keluarga, menggambarkan
peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya
dilingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.
2.
Nilai atau norma keluarga, menggambarkan
nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang
berhubungan dengan kesehatan.
3.
Pola komunikasi keluarga, menggambarkan
bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu (orangtua), orangtua dengan anak,
anak dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan
keluarga inti.
4.
Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan
kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain
untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.
F.
Tahapan
Dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan
keluarga menurut Duvall & Miller (1985) ; Carter & Mc Goldrick (1988),
mempunyai tugas perkembangan yang berbeda seperti :
1.
Tahap I, keluarga pemula ataua pasangan
baru
Tugas perkembangan
pemula antara lain membina hubungan yang harmonis dan kepuasan bersama dengan
membangun perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan dengan orang lain
dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan
kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.
2.
Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak
(anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)
Tugas perkembangan
keluarga tahap II yaitu membentuk keluarga muda sebgai sebuah unit,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan
dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orangtua kakek dan nenek dan
mensosialisasikan dengan dukungan keluarga besar masing-masing pasangan.
3.
Tahap III, keluarga dengan anak usia
prasekolah (anak tertua berumur 2-6tahun)
Tugas perkembangan
keluarga pada tahap III yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga,
mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam
keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai
mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan
bermain anak.
4.
Tahap IV, keluarga dengan anak usia
sekolah (anak tertua usia 6-13tahun)
Tugas perkembangan
keluarga pada tahap IV yaitu mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan
prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan
hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas
sekolah.
5.
Tahap V, keluarga dengan anak remaja
(anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan
keluarga pada tahap V yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab
ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan
perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak,
memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab,
mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
6.
Tahap VI, keluarga yang melepas anak
usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan
rumah)
Tugas perkembangan
keluarga tahap VI yaitu memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota
keluarga baru yang didapat melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk
memperbaharui hubungan perkawinan, membantu orangtua lanjut usia dan sakit
sakitan dari suami maupun istri, membantu anak mandiri, mempertahankan
komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orangtua dengan menantu, menata
kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.
7.
Tahap VII, orangtua usia pertengahan
(tanpa jabatan, pensiun)
Tugas perkembangan
keluarga pada tahap VII yaitu menyediakan lingkungan yang meningkatkan
kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti para orangtua
dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan
kegiatan yang akan datang, memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan,
tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak.
8.
Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun
dan lansia
Tugas perkembangan keluarga
tahap VIII yaitu mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan
terhadap pendapatanyang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan,
menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga
antar generasi, meneruskan untuk memahami ekstensi mereka, saling memberi
perhatian yang menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi
waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu (Achjar, 2010).
G.
Tugas
Keluarga
Tugas keluarga
merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
menghadapi masalah kesehatan. Lima tuga keluarga yang dimaksud adalah :
1.
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan
penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga
terhadap masalah yang dialami keluarga.
2.
Ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan, termasuk sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
maslaha, bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau
tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau
adakah sikap negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana
sistem pengambilan keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga
yang sakit.
3.
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit, seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya,
sifat dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam
keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.
4.
Ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan, seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan
penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan
keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar
rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5.
Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan keluarga, seperti kepercayaan keluarga terhadap
petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaaan fasilitas
kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas
kesehatan, apakah pelayanankesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah
pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.
Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
A.
Pengkajian
Pada kegiatan
pengkajian ada beberapa tahap yang perlu dilakukan, yaitu :
1.
Membina hubungan yang baik. Hubungan
tersebut dapat dibentuk dengan menerapkan komunikasi terapiutik yang merupakan
strategi perawat untuk memberikan bantuan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan
kesehatannya.
2.
Pengkajian awal. Pengkajian ini terfokus
sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan.
3.
Pengkajian lanjutan (tahap dua).
Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang lebih
lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian
awal.
Pengumpulan
data (informasi) dari keluarga dapat menggunakan metode wawancara, observasi
fasilitas dalam rumah, pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, dengan
menggunakan data sekunder (contoh : hasil laboratorium, foto rontgen, rekam
kesehatan unit pelayanan kesehatan, catatan lain yang dapat dipercaya
keakuratannya, dan sebagainya). Dalam pengumpulan data yang perlu dikaji adalah
:
1.
Data
umum
Data
ini mencakup identitas kepala keluarga,nama KK, alamat dan telepon, pekerjaan
KK, pendidikan KK, dan komposisi keluarga.
No
|
Nama
|
Umur
|
Jenis kelamin
|
Hub dengan KK
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Keterangan
|
Genoram
harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera nama, umur, kondisi
kesehatan tiap keterangan gambar.
Tipe
keluarga, menjelaskan mengenai jenis/tipe
keluarga. Untuk menentukan tipe keluarga, lakukan identifikasi terhadap KK-nya.
Kemudian lakukan penentuan tipe atau jenis KK.
Suku
Bangsa, yang mengkaji asal/suku bangsa keluarga
(pasangan), dapat digunakan untuk mengidentifikasi budaya suku keluarga yang
terkait dengan kesehatan, juga dapat mengidentifikasi bahasa sehari-hari yang digunakan
oleh keluarga.
Agama,
yang mengidentifikasi agama dan kepercayaan keluarga yang dianut yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
Status sosial ekonomi keluarga,
ditentukan oleh penghasilan seluruh anggota keluarga (orangtua maupun anak yang
telah bekerja dan membantunya). Dipengaruhi juga oleh kebutuhan dan barang yang
dimiliki oleh keluarga.
Aktivitas
Rekreasi Keluarga, yang dimaksud rekreasi keluarga bukan
hanya berpergian keluar rumah secara bersama atau sendiri menuju tempat
rekreasi tetapi kesempatan berkumpul dirumah untuk menikmati hiburan radio atau
televisi bersama juga bercengkrama.
2.
Riwayat
Dan tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat
ini, tahap
perkembangan keluarga ditentukan oleh usia anak tertua dari keluarga inti.
Tahap perkembangan keluarga yang
belum terpenuhi,
menjelaskan
tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi oleh
keluarga. Juga dilakukan pengidentifikasian mengapa tugas keluarga belum
terpenuhi dan upaya yang telah dilakukannya.
Riwayat kesehatan keluarga inti, menjelaskan
riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit, upaya dan pengalaman
keluarga terhadap pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
kesehatan.
Riwayat kesehatan keluarga
sebelumnya (generasi diatasnya),
yang
menjelaskan riwayat kesehatan generasi diatas orang tentang riwayat penyakit
keturunaan, upaya generasi tersebut tentang upaya penanggulangan penyakit,
upaya kesehatan yang dipertahankan sampai saat ini.
3.
Lingkungan
Karakteristik rumah, yang
menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang dihuni keluarga meliputi
luas, tipe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi, pembuangan
air limbah, dan kebutuhan mck, sarana air bersih dan minum yang digunakan. Keadaan rumah akan lebih mudah dipelajari
bila digambar sebagai denah rumah.
Karakteristik tetangga dan
komunitasnya,
menjelaskan
tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yaitu tempat
keluarga bertempat tinggal, meliputi kebiasaan, seperti lingkungan fisik, nilai
atau norma serta aturan/kesepakatan penduduk setempat, dan budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
Mobilitas geografis keluarga, menggambarkan
mobilitas keluarga. Mungkin keluarga sering berpindah tempat atau ada anggota
keluarga yang tinggal jauh dan sering berkunjung pada keluarga yang dibina.
Perkumpulan keluarga dan interaksi
dengan masyarakat,
menjelaskan
mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan
keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat
sekitarnya.
Sistem pendukung keluarga, jumlah anggota
keluarga yang sehat dan fasilitas keluarga yang menunjang kesehatan (askes,
jamsostek, kartu sehat, asuransi, atau yang lain). Fasilitas fisik yang
dimiliki oleh anggota keluarga, (peralatan kesehatan), dukungan psikologis
anggota keluarga atau masyarakat, dan fasilitas sosial yang ada disekitar
keluarga yang dapat digunakan untuk meningkatkan upaya kesehatan.
4.
Struktur
Keluarga
Struktur peran yang
menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara formal maupun informal
baik dikeluarga ataupun dimasyarakat.
Nilai atau norma keluarga
menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan.
Pola komunikasi keluarga menjelaskan
bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa pengambil keputusan utama, dan
bagaimana peran anggota keluarga dalam menciptakan komunikasi. Perlu dijelaskan
pula hal-hal apa saja yang mempengaruhi komunikasi keluarga.
Struktur kekuatan keluarga menjelaskan
kemampuan keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk
mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
5.
Fungsi
Keluarga
Fungsi efektif menjelaskan
bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih sayang, perasaan saling
memiliki, dukungan terhadap anggota keluarga, saling menghargai dan kehangatan
di keluarga.
Fungsi sosialisasi menjelaskan
tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar tentang
disiplin, nilai, norma, budaya, dan perilaku yang berlaku dikeluarga dan
masyarakat.
Fungsi reproduksi menjelaskan
tentang bagaimana rencana keluarga memiliki dan upaya pengendalian jumlah
anggota keluarga. Perlu juga diuraikan bagaiomana anggota keluarga menjelaskan
kepada anggota keluarga tentang pendidikan seks yang dini dan benar kepada
anggota keluarganya.
Fungsi ekonomi menjelaskan
bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan
serta pemanfaatan lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasilan keluarga.
Diuraikan kemampuan keluarga dalam pemanfaatan sumber yang ada dimasyarakat
sekitar untuk meningkatkan status kesehatannya.
Fungsi pendidikan menjelaskan
upaya yang dilakukan oleh keluarga dalam pendidikan selain upaya yang diperoleh
dari sekolah atau masyarakat sekitar.
Fungsi perawatan kesehatan. Pengkajian
berkaitan dengan tugas keluarga dibidang kesehatan yaitu :
1) Mengetahui
kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal yang perlu dikaji
adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah kesehatan, meliputi
pengertian, tanda dan gejala, dan faktor yang mempengaruhi serta persepsi
keluarga terhadap masalah kesehatan terutama yang dialami oleh anggota
keluarga.
2) Mengetahui
kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang
tepat, perlu dikaji tentang :
a) Kemampuan
keluarga memahami sifat dan luasnya masalah.
b) Apakah
masalah kesehatan dirasakan keluarga?
c) Apakah
keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami ?
d) Apakah
keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarga ?
e) Apakah
keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukukng (negatif) terhadap upaya
kesehatan yang dapat dilakukan pada anggota keluarga?
f) Apakah
keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan?
g) Apakah
keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga kesehatan?
h) Apakah
keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan yang tepat untuk
melakukan tindakan dalam rangka mengatasi masalah kesehatan?
3) Untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
perlu dikaji tentang :
a) Pengetahuan
keluarga tentang penyakit yang dialami anggota keluarga (sifat, penyebaran,
komplikasi, kemungkinan setelah tindakan, dan cara perawatannya).
b) Pemahaman
keluarga tentang perawatan yang perlu dilakukan keluarga.
c) Pengetahuan
keluarga tentang peralatan, cara dan fasilitas untuk merawat anggota keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan.
d) Pengetahuan
keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga (anggota keluarga yang mampu dan
dapat bertanggung jawab, sumber keuangan/fianansial, fasilitas fisik, dukungan
psikososial). Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit
atau membutuhkan bantuan kesehatan.
4) Untuk
mengetahui kemampuan keluarga
memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat, perlu dikaji tentang :
a) Pengetahuan
keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh keluarga disekitar lingkungan rumah.
b) Kemampuan
keluarga melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan.
c) Pengetahuan
keluarga tentang pentingnya dan sikap keluarga terhadap sanitasi lingkungan
yang hygienis sesuai syarat kesehatan.
d) Pengetahuan
keluarga tentang upaya pencegahan penyakit yang dapat dilakukan keluarga.
e) Kebersamaan
anggota keluarga untuk meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah yang
menunjang kesehatan keluarga.
5) Untuk
mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
dimasyarakat, perlu dikaji tentang :
a) Pengetahuan
keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau
keluarga.
b) Pemahaman
keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan.
c) Tingkat
kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas kesehatan yang melayani.
d) Apakah
keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan tentang fasilitas dan petugas
kesehatan yang melayani?
e) Apakah
keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila tidak dapat apa
penyebabnya?
6.
Stress
Dan Koping Keluarga
Stressor
jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek adalah
stressor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu penyelesaian kurang 6
bulan. Stressor jangka panjang adalah stressor yang dialami keluarga dan
memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 6 bulan. Kemampuan keluarga berespons
terhadap stressor menjelaskan bagaimana keluarga berespons terhadap stressor
yang ada. Strategi koping yang digunakan menjelaskan tentang strategi koping
(mekanisme pembelaan) terhadap stressor yang ada. Disfungsi strategi adaptasi
menjelaskan tentang perilaku keluarga yang tidak adptif ketika mempunyai
masalah.
7.
Harapan
Keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga
terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah
kesehatan yang terjadi.
8.
Pemeriksaan
Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan pada individu
anggota keluarga yang dilakukan tidak berbeda jauh dengan pemeriksaan pada
klien di klinik (rumah sakit) meliputi pengkajian kebutuhan dasar individu,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang perlu.
B.
Diagnosa
Keperawatan
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga
menggunakan aturan yang telas disepakati
terdiri dari :
1.
Masalah (problem, P) adalah suatu
pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh
keluarga atau anggota (individu) keluarga.
2.
Penyebab (etiologi, E) adalah suatu
pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga
yaitu :
a.
Ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah, meliputi :
1) Persepsi
terhadap keparahan penyakit
2) Pengertian
3) Tanda
dan gejala
4) Faktor
penyebab
5) Persepsi
keluarga terhadap masalah
b.
Ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan, meliputi :
1) Sejauhmana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
2) Masalah
dirasakan keluarga
3) Keluarga
menyerah terhadap masalah yang dihadapi
4) Sikap
negatif terhadap masalah kesehatan
5) Kurang
percaya terhadap tenaga kesehatan
6) Informasi
yang salah
c.
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit, meliputi :
1) Bagaimana
keluarga mengetahui keadaan sakit
2) Sifat
dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
3) Sumber-sumber
yang ada dalam keluarga
4) Sikap
keluarga terhadap yang sakit
d.
Ketidakmampuan keluarga memelihara
lingkungan, meliputi :
1) Keuntungan/manfaat
pemeliharaan lingkungan
2) Pentingnya
hygiene sanitasi
3) Upaya
pencegahan penyakit
e.
Ketidakmampuan keluarga menggunakan
fasilitas keluarga :
1) Keberadaan
fasilitas kesehatan
2) Keuntungan
yang didapat
3) Kepercayaan
keluarga terhadap petugas kesehatan
4) Pengalaman
keluarga yang kurang baik
5) Pelayanan
kesehatan yang terjangkau oleh keluarga
3.
Tanda (sign, S) adalah sekumpulan data
subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung
atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1.
Diagnosis aktual adalah masalah
keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari
perawat dengan cepat.
2.
Diagnosis risiko/risiko tinggi adalah
masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah
keperawatan actual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat
bantuan perawat.
3.
Diagnosis potensial adalah suatu keadaan
sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat
ditingkatkan.
Masalah
keperawatan sampai saat ini masih menggunakan daftar masalah keperawatan NANDA,
yaitu :
1.
Gangguan proses keluarga.
2.
Gangguan pemeliharaan kesehatan.
3.
Perubahan kebutuhan nutrisi : kurang
atau lebih dari kebutuhan tubuh.
4.
Gangguan perang menjadi orangtua.
5.
Gangguan pola eliminasi.
6.
Kondisi sanitasi yang tidak memenuhi
syarat kesehatan.
7.
Gangguan penampilan peran.
8.
Gangguan pola seksual.
9.
Ketidakmampuan antisipasi berduka
berkepanjangan.
10. Konflik
pengambilan keputusan.
11. Adaptasi
kedukaan yang tidak fungsional.
12. Potensial
berkembangnya koping keluarga.
13. Koping
keluarga tidak efektif.
14. Gangguan
manajemen pemeliharaan rumah.
15. Hambatan
interaksi sosial.
16. Deficit
pengetahuan tentang…
17. Tidak
diizinkannya…(contoh ; anak remaja keluar rumah)…
18. Konflik
peran keluarga.
19. Risiko
perubahan peran orangtua.
20. Risiko
terjadi trauma.
21. Risiko
tinggi perilaku kekerasan.
22. Ketidakberdayaan.
23. Terjadinya
isolasi sosial.
Penilaian (skoring) diagnosis
keperawatan
Setelah data dianalisis dan ditetapkan
masalah keperawatan keluarga, selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada,
perlu diprioritaskan bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan
sumber dana yang dimiliki keluarga. Untuk memprioritaskan diagnosis
keperawatan, dapat dengan melakukan skoring. Skoring dilakukan untuk merumuskan
diagnosis keperawatan lebih dari satu. Proses
skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :
1.
Tentukan skornya sesuai dengan kriteria
yang dibuat perawat.
No
|
Kriteria
|
Skor
|
Bobot
|
1
|
Sifat masalah
Skala : Tidak/kurang sehat
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera
|
3
2
1
|
1
|
2
|
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : Mudah
Sebagian
Tidak dapat
|
2
1
0
|
2
|
3
|
Potensial masalah
Skala : Tinggi
Cukup
Rendah
|
3
2
1
|
1
|
4
|
Menonjolnya masalah
Skala : Masalah berat, harus segera
ditangani
Ada masalah, tetapi tidak perlu
ditangani
Masalah tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
2.
Selanjutnya skor dibagi dengan skor
tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
Skor yang
diperoleh
Skor tertinggi
3.
Jumlah skor untuk semua kriteria(skor
maksimum sama dengan jumlah bobot, yaitu 5).
Prioritas
didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tertinggi dan disusun
berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Namun perawat perlu
mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap masalah keperawatan mana yang
perlu diatasi segera.
C.
Rencana
Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosis
keperawatan, perawat menyusun rencana asuhan keperawatan keluarga (family
nursing care). Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum (jangka panjang)
mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah di keluarga dan tujuan khusus
(tujuan jangka pendek) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi serta
dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab.
Metode sederhana dalam menyusun rencana
asuha keperawatan adalah sebagai berikut :
Diagnosis
Keperawatan
|
Rencana
Asuhan Keperawatan
|
Tanda
(S)
|
Digunakan
untuk merumuskan tujuan umum-khusus atau tujuan jangka panjang-pendek.
Digunakan
untuk merumuskan kriteria standar/hasil yang diharapkan sebagai tolak ukur
suatu keberhasilan.
Selanjutnya
merumuskan rencana tindakan/intervensi keperawatan keluarga.
|
Rencana tindakan keperawatan terhadap
keluarga meliputi kegiatan yang bertujuan :
1. Menstimulasi
kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan
dengan cara :
a. Memberiksn
informasi yang tepat.
b. Mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.
c. Mendorong
sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan.
2. Menstimulasi
keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara :
a. Mengidentifikasi
konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan.
b. Mengidentifikasi
sumber-sumber yang dimiliki dan ada disekitar keluarga.
c. Mendiskusikan
tentang konsekuensi tipe tindakan.
3. Memberikan
kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara :
a. Mendemonstrasikan
cara perawatan.
b. Menggunakan
alat dan fasilitas yang ada dirumah.
c. Mengawasi
keluarga melakukan perawatan.
4. Membantu
keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan keluarga dengan cara :
a. Menemukan
sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
b. Melakukan
perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin.
5. Memotivasi
keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya, dengan
cara :
a. Menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada disekitar lingkungan keluarga.
b. Membantu
keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
D.
Implementasi
Keperawatan
Implementasi merupakan langkah yang
dilakukan setelah perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan
keinginan berubah dari keluarga, memandirikan keluarga. Pada kegiatan ini,
perawat perlu melakukan kontrak sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosa
keperawatan) untuk pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama
waktu yang dibutuhkan, materi/topic yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan,
anggota keluarga yang perlu mendapat informasi, dan (mungkin) peralatan yang
perlu disiapkan keluarga. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat
mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis pada saat implementasi. Langkah
selanjutnya adalah implementasi sesuan dengan rencana didahului perawat
menghubungi keluarga bahwa akan dilakukan implementasi sesuai kontrak.
E.
Evaluasi
Keperawatan
Evaluasi disusun
menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan
dan keluahan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan
implementasi keperawatan. O adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi
oleh perawat menggunakan pengamatan atau pengamatan yang objektif setelah
implementasi keperawatan. A merupakan analisis perawat setelah mengetahui
respons subjektif dan objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan
standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan pada rencana keperawatan
keluarga. P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Pada tahap ini ada dua evaluasi
yang dapat dilaksanakan oleh perawat yaitu evaluasi formatif yang bertujuan
untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan
menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan apakah
rencana diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan intevensi,
atau dihentikan (Suprajitno, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Achjar.
2010. Aplikasi praktis Asuhan Keperawatan
Keluarga. Jakarta : CV. Sagung Seto
Andarmoyo.
2012. Keperawatan Keluarga : Konsep Teori, Proses
dan Praktik Keperawatan. Jakarta : Graha Ilmu
Suprajitno.
2004. Asuhan Keperawatan Keluarga :
Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar