Rabu, 12 November 2014

ASUHAN KEPERAWATAN KELUAGA

LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Konsep Teori
A.      Pengertian
       Pengertian keperawatan keluarga dapat dinyatakan dalam berbagai sumber sebagai berikut (Achjar, 2010):
1.         Menurut Friedman (1998), keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individu-individu yang ada didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama.
2.         Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi yang hidup bersama dalam satu rumah tangga, anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan peran sosial keluarga (Burgess dkk, 1936).
3.         Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998).
       Dari uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem. Sebagai sistem, keluarga mempunyai anggota yaitu : ayah, ibu dan anak atau semua individu yang tinggal didalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh suprasistemnya yaitu lingkungan (masyarakat) dan sebaliknyasebagai sub sistem dari lingkungan (masyarakat) keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (suprasistem) (Andarmoyo, 2012).
B.       Tujuan Dasar Keluarga
Tujuan dasar pembentukan keluarga adalah :
1.         Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan individu.
2.         Keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan anggota keluarga dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
3.         Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga dengan menstabilkan kebutuhan kasih sayang, sosio-ekonomi dan kebutuhan seksual.
4.         Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan identitas seseorang individu dan perasaan harga diri (Andarmoyo, 2012).
C.      Fungsi Keluarga
       Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi menurut Friedman (1998) ; Setiwati & Dermawan (2005) yaitu :
1.         Fungsi Afektif
Merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.
2.         Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku, yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga produktif terhadap social dan bagaimana keluarga memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan belajar berdisiplin, mengenal budaya dan norma melalui hubungan interaksi dalam keluarga sehingga mampu berperan dalam masyarakat.
3.         Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4.         Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga.


5.         Fungsi Biologis
Untuk meneruskan keturunan dan untuk memelihara serta membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
6.         Fungsi Psikologis
Terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga, dan memberikan identitas keluarga.
7.         Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya (Achjar, 2010).
D.      Tipe Keluarga
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1.         Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2.         Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
Pengelompokkan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang menjadi :
1.         Keluarga bentukan kelmbali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
2.         Orangtua tunggal (single family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orangtua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
3.         Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
4.         Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone).
5.         Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital heterosexual cohabiting family).
6.         Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family) (Suprajitno, 2004).
E.       Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya. Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman mengatakan empat elemen struktur keluarga yaitu :
1.         Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.
2.         Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
3.         Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu (orangtua), orangtua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
4.         Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.
F.       Tahapan Dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall & Miller (1985) ; Carter & Mc Goldrick (1988), mempunyai tugas perkembangan yang berbeda seperti :
1.         Tahap I, keluarga pemula ataua pasangan baru
Tugas perkembangan pemula antara lain membina hubungan yang harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.
2.         Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga tahap II yaitu membentuk keluarga muda sebgai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orangtua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan dukungan keluarga besar masing-masing pasangan.
3.         Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.

4.         Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV yaitu mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
5.         Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
6.         Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga tahap VI yaitu memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru yang didapat melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui hubungan perkawinan, membantu orangtua lanjut usia dan sakit sakitan dari suami maupun istri, membantu anak mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orangtua dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.
7.         Tahap VII, orangtua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VII yaitu menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti para orangtua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan kegiatan yang akan datang, memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak.
8.         Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tugas perkembangan keluarga tahap VIII yaitu mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatanyang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami ekstensi mereka, saling memberi perhatian yang menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu (Achjar, 2010).
G.      Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Lima tuga keluarga yang dimaksud adalah :
1.         Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
2.         Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya maslaha, bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sikap negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana sistem pengambilan keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3.         Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.
4.         Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5.         Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan keluarga, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanankesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.



Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
A.      Pengkajian
Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang perlu dilakukan, yaitu :
1.         Membina hubungan yang baik. Hubungan tersebut dapat dibentuk dengan menerapkan komunikasi terapiutik yang merupakan strategi perawat untuk memberikan bantuan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya.
2.         Pengkajian awal. Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan.
3.         Pengkajian lanjutan (tahap dua). Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal.
Pengumpulan data (informasi) dari keluarga dapat menggunakan metode wawancara, observasi fasilitas dalam rumah, pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, dengan menggunakan data sekunder (contoh : hasil laboratorium, foto rontgen, rekam kesehatan unit pelayanan kesehatan, catatan lain yang dapat dipercaya keakuratannya, dan sebagainya). Dalam pengumpulan data yang perlu dikaji adalah :
1.         Data umum
Data ini mencakup identitas kepala keluarga,nama KK, alamat dan telepon, pekerjaan KK, pendidikan KK, dan komposisi keluarga.
No
Nama
Umur
Jenis kelamin
Hub dengan KK
Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan








Genoram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar. 


                                    : Aborsi/keguguran

Tipe keluarga, menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga. Untuk menentukan tipe keluarga, lakukan identifikasi terhadap KK-nya. Kemudian lakukan penentuan tipe atau jenis KK.
Suku Bangsa, yang mengkaji asal/suku bangsa keluarga (pasangan), dapat digunakan untuk mengidentifikasi budaya suku keluarga yang terkait dengan kesehatan, juga dapat mengidentifikasi bahasa sehari-hari yang digunakan oleh keluarga.
Agama, yang mengidentifikasi agama dan kepercayaan keluarga yang dianut yang dapat mempengaruhi kesehatan.
Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh penghasilan seluruh anggota keluarga (orangtua maupun anak yang telah bekerja dan membantunya). Dipengaruhi juga oleh kebutuhan dan barang yang dimiliki oleh keluarga.
Aktivitas Rekreasi Keluarga, yang dimaksud rekreasi keluarga bukan hanya berpergian keluar rumah secara bersama atau sendiri menuju tempat rekreasi tetapi kesempatan berkumpul dirumah untuk menikmati hiburan radio atau televisi bersama juga bercengkrama.
2.         Riwayat Dan tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh usia anak tertua dari keluarga inti.
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi oleh keluarga. Juga dilakukan pengidentifikasian mengapa tugas keluarga belum terpenuhi dan upaya yang telah dilakukannya.
Riwayat kesehatan keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit, upaya dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan.
Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (generasi diatasnya), yang menjelaskan riwayat kesehatan generasi diatas orang tentang riwayat penyakit keturunaan, upaya generasi tersebut tentang upaya penanggulangan penyakit, upaya kesehatan yang dipertahankan sampai saat ini.
3.         Lingkungan
Karakteristik rumah, yang menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang dihuni keluarga meliputi luas, tipe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi, pembuangan air limbah, dan kebutuhan mck, sarana air bersih dan minum yang digunakan.  Keadaan rumah akan lebih mudah dipelajari bila digambar sebagai denah rumah.
Karakteristik tetangga dan komunitasnya, menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yaitu tempat keluarga bertempat tinggal, meliputi kebiasaan, seperti lingkungan fisik, nilai atau norma serta aturan/kesepakatan penduduk setempat, dan budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
Mobilitas geografis keluarga, menggambarkan mobilitas keluarga. Mungkin keluarga sering berpindah tempat atau ada anggota keluarga yang tinggal jauh dan sering berkunjung pada keluarga yang dibina.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
Sistem pendukung keluarga, jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas keluarga yang menunjang kesehatan (askes, jamsostek, kartu sehat, asuransi, atau yang lain). Fasilitas fisik yang dimiliki oleh anggota keluarga, (peralatan kesehatan), dukungan psikologis anggota keluarga atau masyarakat, dan fasilitas sosial yang ada disekitar keluarga yang dapat digunakan untuk meningkatkan upaya kesehatan.
4.         Struktur Keluarga
Struktur peran yang menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara formal maupun informal baik dikeluarga ataupun dimasyarakat.
Nilai atau norma keluarga menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
Pola komunikasi keluarga menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa pengambil keputusan utama, dan bagaimana peran anggota keluarga dalam menciptakan komunikasi. Perlu dijelaskan pula hal-hal apa saja yang mempengaruhi komunikasi keluarga.
Struktur kekuatan keluarga menjelaskan kemampuan keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
5.         Fungsi Keluarga
Fungsi efektif menjelaskan bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih sayang, perasaan saling memiliki, dukungan terhadap anggota keluarga, saling menghargai dan kehangatan di keluarga.
Fungsi sosialisasi menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma, budaya, dan perilaku yang berlaku dikeluarga dan masyarakat.
Fungsi reproduksi menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga memiliki dan upaya pengendalian jumlah anggota keluarga. Perlu juga diuraikan bagaiomana anggota keluarga menjelaskan kepada anggota keluarga tentang pendidikan seks yang dini dan benar kepada anggota keluarganya.
Fungsi ekonomi menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan serta pemanfaatan lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasilan keluarga. Diuraikan kemampuan keluarga dalam pemanfaatan sumber yang ada dimasyarakat sekitar untuk meningkatkan status kesehatannya.
Fungsi pendidikan menjelaskan upaya yang dilakukan oleh keluarga dalam pendidikan selain upaya yang diperoleh dari sekolah atau masyarakat sekitar.
Fungsi perawatan kesehatan. Pengkajian berkaitan dengan tugas keluarga dibidang kesehatan yaitu :
1)   Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, dan faktor yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan terutama yang dialami oleh anggota keluarga.
2)   Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang :
a)    Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah.
b)   Apakah masalah kesehatan dirasakan keluarga?
c)    Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami ?
d)   Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah kesehatan yang dialami anggota keluarga ?
e)    Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukukng (negatif) terhadap upaya kesehatan yang dapat dilakukan pada anggota keluarga?
f)    Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan?
g)   Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga kesehatan?
h)   Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan yang tepat untuk melakukan tindakan dalam rangka mengatasi masalah kesehatan?
3)   Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, perlu dikaji tentang :
a)    Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami anggota keluarga (sifat, penyebaran, komplikasi, kemungkinan setelah tindakan, dan cara perawatannya).
b)   Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakukan keluarga.
c)    Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara dan fasilitas untuk merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
d)   Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga (anggota keluarga yang mampu dan dapat bertanggung jawab, sumber keuangan/fianansial, fasilitas fisik, dukungan psikososial). Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit atau membutuhkan bantuan kesehatan.
4)   Untuk mengetahui  kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat, perlu dikaji tentang :
a)    Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh keluarga disekitar lingkungan rumah.
b)   Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan.
c)    Pengetahuan keluarga tentang pentingnya dan sikap keluarga terhadap sanitasi lingkungan yang hygienis sesuai syarat kesehatan.
d)   Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit yang dapat dilakukan keluarga.
e)    Kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan keluarga.
5)   Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat, perlu dikaji tentang :
a)    Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau keluarga.
b)   Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan.
c)    Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas kesehatan yang melayani.
d)   Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan tentang fasilitas dan petugas kesehatan yang melayani?
e)    Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila tidak dapat apa penyebabnya?
6.         Stress Dan Koping Keluarga
Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek adalah stressor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu penyelesaian kurang 6 bulan. Stressor jangka panjang adalah stressor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 6 bulan. Kemampuan keluarga berespons terhadap stressor menjelaskan bagaimana keluarga berespons terhadap stressor yang ada. Strategi koping yang digunakan menjelaskan tentang strategi koping (mekanisme pembelaan) terhadap stressor yang ada. Disfungsi strategi adaptasi menjelaskan tentang perilaku keluarga yang tidak adptif ketika mempunyai masalah.
7.         Harapan Keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.



8.         Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga yang dilakukan tidak berbeda jauh dengan pemeriksaan pada klien di klinik (rumah sakit) meliputi pengkajian kebutuhan dasar individu, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang perlu.
B.       Diagnosa Keperawatan
       Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan  yang telas disepakati terdiri dari :
1.         Masalah (problem, P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga.
2.         Penyebab (etiologi, E) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga yaitu :
a.         Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi :
1)    Persepsi terhadap keparahan penyakit
2)    Pengertian
3)    Tanda dan gejala
4)    Faktor penyebab
5)    Persepsi keluarga terhadap masalah
b.        Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi :
1)   Sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
2)   Masalah dirasakan keluarga
3)   Keluarga menyerah terhadap masalah yang dihadapi
4)   Sikap negatif terhadap masalah kesehatan
5)   Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
6)   Informasi yang salah
c.         Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, meliputi :
1)   Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit
2)   Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
3)   Sumber-sumber yang ada dalam keluarga
4)   Sikap keluarga terhadap yang sakit
d.        Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, meliputi :
1)   Keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan
2)   Pentingnya hygiene sanitasi
3)   Upaya pencegahan penyakit

e.         Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga :
1)   Keberadaan fasilitas kesehatan
2)   Keuntungan yang didapat
3)   Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
4)   Pengalaman keluarga yang kurang baik
5)   Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga
3.         Tanda (sign, S) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab.
       Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1.         Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
2.         Diagnosis risiko/risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan actual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.
3.         Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Masalah keperawatan sampai saat ini masih menggunakan daftar masalah keperawatan NANDA, yaitu :
1.         Gangguan proses keluarga.
2.         Gangguan pemeliharaan kesehatan.
3.         Perubahan kebutuhan nutrisi : kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh.
4.         Gangguan perang menjadi orangtua.
5.         Gangguan pola eliminasi.
6.         Kondisi sanitasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
7.         Gangguan penampilan peran.
8.         Gangguan pola seksual.
9.         Ketidakmampuan antisipasi berduka berkepanjangan.
10.     Konflik pengambilan keputusan.
11.     Adaptasi kedukaan yang tidak fungsional.
12.     Potensial berkembangnya koping keluarga.
13.     Koping keluarga tidak efektif.
14.     Gangguan manajemen pemeliharaan rumah.
15.     Hambatan interaksi sosial.
16.     Deficit pengetahuan tentang…
17.     Tidak diizinkannya…(contoh ; anak remaja keluar rumah)…
18.     Konflik peran keluarga.
19.     Risiko perubahan peran orangtua.
20.     Risiko terjadi trauma.
21.     Risiko tinggi perilaku kekerasan.
22.     Ketidakberdayaan.
23.     Terjadinya isolasi sosial.
Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan
       Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga, selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki keluarga. Untuk memprioritaskan diagnosis keperawatan, dapat dengan melakukan skoring. Skoring dilakukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari satu.  Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :
1.         Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.
No
Kriteria
Skor
Bobot
1
Sifat masalah
Skala : Tidak/kurang sehat
            Ancaman kesehatan
            Keadaan sejahtera

3
2
1


1
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : Mudah
            Sebagian
            Tidak dapat

2
1
0



2
3
Potensial masalah
Skala : Tinggi
            Cukup
            Rendah

3
2
1


1
4
Menonjolnya masalah
Skala : Masalah berat, harus segera ditangani
            Ada masalah, tetapi tidak perlu
            ditangani
            Masalah tidak dirasakan

2
1

0



1










2.         Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
Skor yang diperoleh
                                              X bobot
Skor tertinggi
3.         Jumlah skor untuk semua kriteria(skor maksimum sama dengan jumlah bobot, yaitu 5).
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tertinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Namun perawat perlu mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap masalah keperawatan mana yang perlu diatasi segera.
C.      Rencana Keperawatan
       Setelah merumuskan diagnosis keperawatan, perawat menyusun rencana asuhan keperawatan keluarga (family nursing care). Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum (jangka panjang) mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah di keluarga dan tujuan khusus (tujuan jangka pendek) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi serta dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab.
       Metode sederhana dalam menyusun rencana asuha keperawatan adalah sebagai berikut :
Diagnosis Keperawatan
Rencana Asuhan Keperawatan
Masalah
 


Penyebab

 


Tanda (S)
Digunakan untuk merumuskan tujuan umum-khusus atau tujuan jangka panjang-pendek.
Digunakan untuk merumuskan kriteria standar/hasil yang diharapkan sebagai tolak ukur suatu keberhasilan.
 

Selanjutnya merumuskan rencana tindakan/intervensi keperawatan keluarga.
       Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga meliputi kegiatan yang bertujuan :
1.    Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
a.    Memberiksn informasi yang tepat.
b.    Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.
c.    Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan.
2.    Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara :
a.    Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan.
b.    Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada disekitar keluarga.
c.    Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan.
3.    Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara :
a.    Mendemonstrasikan cara perawatan.
b.    Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah.
c.    Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4.    Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga dengan cara :
a.    Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
b.    Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin.
5.    Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya, dengan cara :
a.    Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada disekitar lingkungan keluarga.
b.    Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
D.      Implementasi Keperawatan
       Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari keluarga, memandirikan keluarga. Pada kegiatan ini, perawat perlu melakukan kontrak sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosa keperawatan) untuk pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi/topic yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat informasi, dan (mungkin) peralatan yang perlu disiapkan keluarga. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis pada saat implementasi. Langkah selanjutnya adalah implementasi sesuan dengan rencana didahului perawat menghubungi keluarga bahwa akan dilakukan implementasi sesuai kontrak.
E.       Evaluasi Keperawatan
Evaluasi disusun menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluahan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan. O adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan atau pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan. A merupakan analisis perawat setelah mengetahui respons subjektif dan objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan pada rencana keperawatan keluarga. P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan intevensi, atau dihentikan (Suprajitno, 2004).


DAFTAR PUSTAKA

Achjar. 2010. Aplikasi praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : CV. Sagung Seto
Andarmoyo. 2012.  Keperawatan Keluarga : Konsep Teori, Proses dan Praktik Keperawatan. Jakarta : Graha Ilmu
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta : EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar