2.1
Pengertian
Perilaku seksual dan reproduksi pada manusia
merupakan hasil interaksi dari berbagai factor. Perilaku seksual dan reproduksi
pada binatang, terutama mamalia, antara lain ditandai dengan perilaku yang
disebut sebagai estrus. Kata estrus
berasal dari bahasa Yunani oistros
yang berarti nafsu birahi, atau gelisah.
Perilaku seksual dipacu oleh pengaruh hormon : pada
perempuan hormon estrogen dan progesterone, sedangkan pada laki-laki hormon
testosterone. (Mohamad, 1998 : 1)
Seksualitas adalah ekspresi seksual seseorang yang
secara social dianggap dapat diterima serta mengandung aspek-aspek kepribadian
yang luas dan mendalam. Seksualitas merupakan gabungan dari perasaan dan
perilaku seseorang yang tidak hanya didasarkan pada cirri seks secara biologis,
tetapi juga merupakan salah satu aspek kehidupan sebagai manusia yang tidak
dapat dipisahkan dari aspek hidup yang lain. (Mohamad, 1998 : 36)
Makna seksualitas adalah bagaimana suatu masyarakat
memberikan arti atau makna terhadap hal-hal seksual yang secara nyata ada di
masyarakat. Misalnya, dengan siapa orang boleh berhubungan seks, kapan harus
berhubungan seks, dan apa yang harus dilakukan secara seksual, mengapa orang
harus melakukan hal-hal seksual, apa yang pantas dan tidak pantas dibicarakan,
dan dengan siapa pembicaraaan tentang seksualitas dilakukan (Wagner dan Yatim,
1997:87).
Dari beberapa penelitian, kita mengetahui bahwa ada
masyarakat yang memperbolehkan berhubungan seks sebelum menikah, tetapi ada
juga masyarakat yang melarangnya. Ini berarti bahwa tingkat pembatasan
aktifitas seksual antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tidak selalu
sama selama rentang kehidupan tertentu. Ada masyarakat yang memberikan batasan
yang lunak bagi remaja tapi tidak bagi orang dewasa.
Seksualitas adalah maksud dan motif dalam diri
manusia. Seksualitas adalah hasrat (desire) dan keinginan (want), yang tumpang
tindih dengan aspek-aspek lain kehidupan.
Seksualitas adalah mengenai prilaku seksual,
perilaku feminim dam maskulin, peran gender dan interaksi gender. Tergantung
dari alirannya, maka ada teori yang beranggapan seksualitas seseorang
berkembang dengan dipengaruhi secara kuat oleh mitos dan stereotip yang berlaku
dalam masyarakat (ekstern), ada pula yang menganggap seksualitas ditentukan
olek struktur anatomi-biologis yang dimiliki oleh seseorang (psikoanalisa).
Sementara itu, teori yang berkembang berdasarkan aliran psikologi humanistik
menekankan bahwa perilaku seksual atau seksualitas seseorang dikembangkan
sebagai hasil pilihan orang itu sendiri.
Pendidikan seks tidaklah menyangkut uraian atau
penjelasan-penjelasan yang bersifat anatomis saja. Pendidikan seks,
bagaimanapun juga tetap akan menyangkut sifat (behavior), emosi, kepribadian,
pandangan hidup, lingkungan sosial dan nilai-nilai moral yang berlaku dalam
suatu masyarakat.
Tidaklah berlebihan ketika Sigmun Freud menyatakan
bahwa faktor libido atau dorongan seksual merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi sifat, kepribadian dan jalan hidup setiap individu. Pernyataan ini
menunjukkan betapa pentingnya pemahaman dan pengetahuan seks yang benar
ditanamkan secara dini dan wajar ke dalam benak anak-anak agar mereka dapat
tumbuh dan berkembang secara wajar dan layak kelak.
2.2
Pentingnya
Pendidikan Seks Bagi Anak
Berdasarkan hasil penyelidikan terhadap pasiennya,
Sigmund Freud seorang dokter dan pemikir besar Austria, telah mengungkapkan adanya hubungan yang erat antara gangguan
psikologis dan emosional yang dialami seseorang pada masa dewasanya dengan
pengalaman seks yang tidak baik pada masa kanak-kanaknya. Gangguan
psikologis yang menjadi pemikiran bagi para pakar penganjur pendidikan seks
bagi anak-anak adalah gangguan mental pada masa dewasanya yang diakibatkan
pengaruh segi seksualnya, rasa takut terhadap hal-ikhwal seks, sikap dingin
pada kaum wanita, lemah syahwat pada kaum pria, homoseksualitas, lesbianisme,
dan gejala-gejala penyimpangan seksual yang lainnya.
Ada beberapa alasan pentingnya pendidikan seks.
Berikut ini alasan-alasan tersebut yang mendasari pendidikan seks.
1. Pendidikan
seks secara dini akan memudahkan anak-anak menerima keberadaan tubuhnya secara
menyeluruh dan menerima fase-fase perkembangannya secara wajar. Pendidikan ini
akan membantu anak-anak untuk mampu membicarakan perihal seks dengan perasaan
yang wajar.
2. Pendidikan
seks secara dini akan membantu anak-anak untuk mengerti dan merasa puas dan
peranannya dalam kehidupan. Dengan berbekal pendidikan seks yang sehat dan
baik, anak laki-laki akan tumbuh menjadi pria yang bertanggung jawab kelak.
Anak-anak perempuan pun akan tumbuh menjadi seorang wanita yang wajar dan ibu
yang penuh perhatian dan kelembutan terhadap anak-anaknya kelak.
3. Pendidikan
seks yang cukup efektif untuk menghilangkan rasa ingin tahu yang tidak sehat
yang sering muncul dalam benak anak-anak. Anak-anak mengetahui kenyataan dan
tahu bahwa orang tuanya mau menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dengan tuntas
akan merasa tidak takut atau malu-malu lagi untuk melibatkan diri dalam
perbincangan dengan orag tuanya mengenai seks. Mereka tidak akan tertarik lagi
pada kepada cerita-cerita yang kotor dan bahan porno yang bersifat tidak
mendidik. Pendidikan seks tidak dimaksudkan dan memang tidak menghilangkan
minat anak untuk mengetahui perihal seks, tetapi cukup efektif untuk menghambat
hasrat anak-anak untuk melakukan penyelidikan yang tidak terarah dan
pengalaman-pengalamannya yang bersifat menjerumuskan.
Secara kesuluruhan, informasi seks yang Anda berikan akan melindungi kehidupan masa depan
mereka dari komplikasi dan kelainan seks. Pendidikan seks ini akan
mendorong anak-anak menumbuhkan sifat-sifat yang normal dan sehat.
4. Pendidikan seks yang diajarkan secara terbuka
dan wajar akan membantu gairah dan semangat hidup seseorang, karena pendidikan
tersebut akan membebaskan diri dari persoalan seks yang seringkali menjadi
sumber ketidakbahagiaan dalam kehidupan pada saat itu maupun setelah dia dewasa
kelak.
5. Pendidikan
seks yang sehat, jujur, dan terbuka juga akan menumbuhkan rasa hormat dan patuh
anak-anak terhadap orang tuanya.
6. Pendidikan
seks yang diajarkan secara terarah dan terpimpin di dalam lingkungan keluarga
cenderung cukup efektif untuk mengatasi informasi negatif-negatif yang berasal
dari lingkungan diluar keluarga.
7. Pendidikan
seks membuat kelahiran manusia menjadi terang dan jelas.
8. Pendidikan
seks juga cukup efektif untuk membuat seorang anak dengan pengetahuan dan sifat
yang baik untuk bisa menerima dengan tenang dan gembira kehadiran saudara
barunya.
9. Pendidikan
seks akan membuat masing-masing anak bangga dengan jenis kelaminnya. Perasaan
bangga seperti ini akan membantu mereka menumbuhkan sifat-sifat yang layak
menurut jenis kelaminnya dan akan cenderung menumbuhkan mereka menjadi orang
tua yang wajar dan bertanggung jawab kelak setelah dewasa.
10. Pendidikan
seks akan membuat anak-anak sadar dan paham kelak akan peranannya didalam
masyarakat menurut jenis kelaminnya. Kesadaran ini akan menumbuhkan rasa
percaya diri yang cukup besar dalam jiwa anak-anak tersebut. Ini berarti bahwa
pendidikan seks juga akan memperkuat kepribadian orang tersebut.
11. Pendidikan
seks yang sehat dan wajar memugkinkan anak-anak meraih taraf kedewasaan yang
layak menurut usianya.
12. Pendidikan
seks mempersiapkan seseorang anak untuk kelak menjadi orang tua yang, dengan
baik dan benar, akan mengajarkan penegtahuan seks kepada anak-anaknya.
Salah satu fakta yang patut mendapat perhatian dari
para orang tua adalah bahwa percobaan
seks sering kali dilakukan atau terjadi pada anak-anak yang tidak memiliki
pengetahuan yang baik mengenai seks. Anak-anak yang mempunyai pengertian
yang utuh dan menyeluruh mengenai peristiwa kelahiran dan perkembangan manusia
cenderung lebih mudah mengendalikan dorongan-dorongan yang bersumber dari dalam
dirinya sendiri. Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa para pelaku
kejahatan seksual umumnya berasal dari keluarga-keluarga yang sama sekali tidak
atau sedikit sekali memperoleh penjelasan dan pengetahuan mengenai seks.
Pendidikan seks yang baik dan benar tidak hanya
setengah-tengah memuaskan rasa ingin tahu anak mengenai masalah seks. Justru
sebaliknya, anak-anak yang mengetahui fakta-fakta seksual dan sadar bahwa
mereka orang tuanya sudi membicarakn hal ini dengan mereka cenderung kurang
tertarik terhadap percobaan-percobaan seksual yang tidak terarah bila
dibandingkan dengan anak-anak yang tidak
mengetahui fakta-fakta dan kesadaran
tersebut. Memberikan penjelasan, seksual selalu mempunyai pengaruh positif;
anak-anak mungkin masih ingin mengajukan beberapa pertanyaan, tetapi mereka
akan lebih suka mengajukan secara langsung kepada orang tuanya, bukan kepada
sumber sumber yang kesadaran tanggung jawabnya atau moralitasnya masih
diragukan.
Tetapi banyak informasi atau penjelasan mungkin
membutuhkan bahan atau pengetahuan yang terlalu luas dan cenderung berakibat
negatif terhadap kepribadian anak-anak tersebut. Tidaklah bijaksana dan tidak
juga mendidik apabila para orag tua menceritakan segala hal yang mereka ketahui
mengenai seks.
Pada umumnya, pertanyan-pertanyan anak-anak bersifat
sederhana dan mudah dan, karena itu hanya membutuhkan keterangan atau jawaban
yang juga sederhana. Jujur dan sederhana adalah jawaban yang tepat bagi mereka.
Kemudian tunggulah dengan sabar pertanyaan-pertanyan berikutnya.
Kita bisa menyelamatkan anak-anak kita dari perasaan
malu yang tidak pada tempatnya atau dari pemikiran yang terlalu kritis, apabila
kita menegaskan bahwa persoalan seks sebaiknya dibicarakan hanya di rumah.
Abak-anak kita mudah menerima aturan sederhana ini.
2.3
Usia
Pendidikan Seks Sebaiknya Dimulai
Sesungguhnya pendidikan sex telah diberikan secara
atau tidak sadar oleh para orang tua kepada anaknya semenjak hari kelahiran
anak-tersebut. Lewat perbuatan-perbuatan seperti menimbang, merawat,
membersihkan badannya, bermain dengannya dan juga tertawa senang bersamannya,
para orang tua tanpa sadar telah mengajarkan beberapa hal penting mengenai sex.
Barangkali anda bertanya apakah perbuatan tersebut merupakan pendidikan sex
juga. Melalui perbuatan-perbuatan yang menyenangkan ini sesungguhnya anda
sedang memperkenalkan kepadannya suatu hal yang teramat penting dalam hidup
ini. Biasanya anak-anak mulai bertanya mengenai sex pada usia 2-4 tahun. Pada
usia ini anak-anak gemar berbicara dan merasa senang apabila
pertanyaan-pertanyaannya mendapat tanggapan, meskipun sebenarnya dia sering
tidak memahami arti atau maksud yang di kemukakan dalam jawaban ini. Seringkali
orang tua merasa bahwa anak kecil tidak perlu dan belum pantas mendapatkan
pendidikan sex. Ini merupakan pandangan yang keliru karena sesungguhnya para
orang tua secara tidak sadar telah memberikan pendidikan sex semenjak hari
kelahiran anak-anaknya. Tetapi masalahnya adalah bahwa orang tua ini tidak mau
membicarakan tentang sex dengan anaknya sampai anak-anaknya mencapai usia 13
tahun, usia yang mereka anggap cocok untuk anak-anaknya untuk mulai mendapat
pendidikan sex. Dan tentu saja, usia 13 tahun sudah terlalu lambat untuk
memulai pendidikan sex secara sadar dari orang tua. Dalam kurun waktu 0-13
tahun beberapa peristiwa penting dalam kehidupan dan perkembangan keperibadian
si anak telah terlewatkan, dan mustahil bisa terulang. Apabila anak-anak
bertanya mengenai sex, jangan tangguhkan jawabannya sampai waktu yang anda
anggap tepat, karena waktu yang tepat untuk menjawab anak-anak adalah saat
ketika ia bertanya. Apabila anda menangguhkannya, pertanyaan itu mungkin akan
terlupakan dan daya tarik alamiah atau perbedaan yang dia lihat tersebut adalah
hal yang wajar, bahwa perempuan menciptakan wanita berbeda dari laki-laki, dan
keduannya adalah baik baginya.
Membiarkan anak-anak tersebut memperoleh jawaban
dari orang lain atau sumber-sumber yang lain cenderung membuat anak-anak itu
kurang percaya kepada orang tuannya ataupun tempatnya bertanya, pada
gilirannya, akan membuat komunikasi antara anak dengan orang tuanya menjadi
terganggu. Masalah seperti ini, bila tidak segera diatasi, bias berdampak luas
terhadap perkembangan keperibadian anak-anak itu kelak setelah mereka dewasa.
Secara garis besar, dr. Boyke membagi pendidikan seks bagi anak berdasarkan
usia ke dalam empat tahap yakni usia 1 – 4 tahun, usia 5-7 tahun, 8-10 tahun
dan usia 10-12 tahun.
·
Usia 1 sampai 4 tahun
Orangtua disarankan mulai memperkenalkan anatomi tubuh, termasuk alat
genital. Perlu juga ditekankan pada anak bahwa setiap orang adalah ciptaan
Tuhan yang unik, dan berbeda satu sama lain. ”Kenalkan, ini mata, ini kaki, ini
vagina. Itu tidak apa-apa. Terangkan bahwa anak laki-laki dan perempuan
diciptakan Tuhan berbeda, masing-masing dengan keunikannya sendiri.
·
Usia 5 – 7 tahun
Menurut dr. Boyke, rasa ingin tahu anak tentang
aspek seksual biasanya meningkat. Mereka akan menanyakan kenapa temannya
memiliki organ-organ yang berbeda dengan dirinya sendiri. Rasa ingin tahu itu
merupakan hal yang wajar. Karena itu, orang tua diharapkan bersikap sabar dan
komunikatif, menjelaskan hal-hal yang ingin diketahui anak. ”Kalau anak
laki-laki mengintip temannya perempuan yang sedang buang air, itu mungkin
karena ia ingin tahu. Jangan hanya ditegur lalu ditinggalkan tanpa penjelasan.
Terangkan, bedanya anak laki-laki dan perempuan. Orangtua harus dengan sabar
memberikan penjelasan pada anak,” ujar Boyke.
·
Usia 8 – 10 tahun
Anak sudah mampu membedakan dan mengenali
hubungan sebab akibat. Pada fase ini, orangtua sudah bisa menerangkan secara
sederhana proses reproduksi, misalnya tentang sel telur dan sperma yang jika bertemu
akan membentuk bayi.
·
Usia 11-13 tahun
Anak sudah mulai memasuki pubertas. Ia mulai
mengalami perubahan fisik, dan mulai tertarik pada lawan jenisnya. Ia juga
sedang giat mengeksplorasi diri. Anak perempuan, misalnya, akan mulai
mencoba-coba alat make up ibunya. Pada tahap inilah peran orangtua amat sangat
penting. Orangtua harus menerima perubahan diri anaknya sebagai bagian yang
wajar dari pertumbuhan seorang anak-anak menuju tahap dewasa, dan tidak
memandangnya sebagai ketidakpantasan atau hal yang perlu disangkal.
Di sisi lain orangtua harus berusaha melakukan
pengawasan lebih ketat, dengan cara menjaga komunikasi dengan anak tetap
berjalan lancar. Kalau anak merasa yakin dan percaya ia bisa menceritakan apa
saja kepada orang tuanya, orang tua akan bisa mengawasi si anak dengan lebih
baik.
Sebaiknya anak perempuan memiliki hubungan lebih
dekat dengan ibu, dan sebaliknya. Hal itu mempermudah anak membentuk identitas
dirinya sendiri sebagai individu dewasa.
”Kalau anak perempuan jauh lebih dekat dengan
ayahnya, dan kurang akrab dengan ibunya, ia bisa saja mencari sosok ayah jika
ia mencari pasangan hidup kelak, tidak suka teman seusianya.
2.4
Faktor-Faktor
Pendukung Pendidikan Seks Bagi Anak
1. Lingkungan
Keluarga
Pendidikan seks dapat berkembang
dengan baik dalam lingkungan keluarga yang sehat dan wajar, yaitu masing-masing
anggota keluarga hidup selaras satu sama yang lain. Hubungan yang hangat dan
terbuka antara orang tua dan anak-anak akan memindahkan komunikasi antara kedua
belah pihak, sehingga ke dua belah pihak dapat membicarakan perihal seks dengan
perasaan yang wajar dan tidak malu-malu.
2. Teladan
Anak-anak secara tidak sadar
cenderung mencontoh sikap dan perbuatan orang tuanya. Para orang tua seringkali
tidak sadar bahwa anak-anaknya menyerap dan meniru perasaan-perasaan dan
sifat-sifat orang tuanya.
3. Perasaan
Malu
Perasaan malu yang diperlihatkan
secara kentara oleh para orang tua di hadapan anak-anak ketika anak-anak itu
bertanya mengenai seks, biasanya diartikan sebagai petunjuk bahwa para orang
tua tidak menyukai pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Karena itu, mereka
mungkin tidak mau lagi bertanya kepada orang tuanya. Tetapi rasa ingin tahu
anak-anak tidak pernah berhenti sehingga mereka akan berusaha mendapatkan
informasi dari luar lingkungan keluarga-dari cerita teman-teman , majalah,
gambar-gambar porno, dan lain-lain. Informasi seperti ini tentunya tidak
bersifat mendidik dan kebenarannya pun tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Karena itu, perlihatkanlah sikap
yang tenang dan seimbang ketika menghadapi pertanyaan semacam ini. Akan sangat
bermanfaat apabila jawaban anda didahului dengan kata “ibu senang kamu
menanyakan hal itu.” Pertanyaan sederhana ini akan menumbuhkan keyakinan anak
anda benar-benar bersedia menjawab pertanyaan.
4. Pertanyaan
Rasa ingin tahu yang normal dari
anak-anak biasanya diwujudkan dalam bentuk pertanyaan. Anak ini dapat di bina
dan dipelihara dengan jalan berusaha membeikan jawaban-jawaban yang jujur dan
masuk akal atas setiap pertanyaan yang mereka ajukan, termasuk
pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut seks.
5. Kehidupan
Hewan Peliharaan
Kehidupan binatang peliharaan yang
sudah dikenal oleh anak-anak dapat menjadi sarana penunjang bagi pendidikan
seks bagi anak-anaknya atau induk anjing uang sedang menyusui anak-anaknya.
Berilah jawaban-jawaban yang dapat
dimengerti anak-anak .
6. Perjalanan
Waktu
Ketika
anak-anak bertumbuh makin besar dan mulai mengerti mengenai orang-orang yang
ada di sekelilingnya, seiring dengan perkembangan ini tumbuh pula secara
alamiah rasa ingin tahunya. Tunggulah sampai anak-anak anda bertanya dan pada
saat itulah.
Jawaban
Anda akan benar-benar diperhatikan dan diserap anak-anak Anda. Memberi
penjelasan tanpa ditanyakan oleh anak-anak tidak akan banyak manfaatnya, karena
anak-anak cenderung kurang tertarik kepada penjelasan seperti itu.
7. Kesediaan
Mendengar
Simaklah dengan cermat setiap
pertanyaan anak Anda agar Anda dapat mengetahui apa sebenarnya yang ingin
diketahuinya.
8. Jangan
Mengangguhkan Penjelasan Anda
Janganlah berusaha menunda
penjelasan Anda dengan jalan mengalihkan perhatian anak terhadap hal yang lain.
Dia akan bingung dan heran mengapa Anda tidak bersedia menjawab pertanyaannya.
9. Jawaban
Yang Wajar Dan Sederhana
Jawaban yang selalu mendetail dan
panjang akan membingungkan anak itu.
10. Mendidik
Sebagai Suatu Proses
Pendidikan seks bukanlah dalam
bentuk suatu pelajaran, tetapi lebih merupakan sebuah proses perkembangan
kepribadian yang mestidijalani anak-anak agar dapat menjadi manusia yang
memahami seks secara proporsional. Proses ini harus dimulai semenjak anak-anak
baru lahir hingga mencapai usia dewasa.
11. Tingkah
Laku Orang Tua
Mereka akan meniru sikap dan
tingkah laku Anda.
12. Orang
Tua Sebagai Nara Sumber Utama
Sumber terbaik bagi anak-anak Anda
untuk memperoleh informasi seks adalah diri Anda sendiri, yakni orang tuanya.
13. Pola
Hidup Yang Baik
Keberhasilan Anda dalam memberikan
pendidikan seks kepada anak-anak Anda tidak dapat dpisahkan dari segi-segi
kehidupan yang lainnya. Karena itu, sebagai orang tua, Anda perlu membina pola
kehidupan rumah tangga yang baik. Anak-anak cenderung tumbuh dan berkembang
dengan mengikuti pola dan pandangan hidup yang diperluhatkan oleh orang tuanya
dan orang-orang dewasa yang ada disekelilingnya.
2.5
Memilih
Kata-Kata Yang Cocok Untuk Menerangkan Kehidupan Seks
Persoalan seks selalu erat kaitannya dengan tata
susila, maka anda perlu menjelaskan kepada anak-anak bahwa kata-kata seperti
vagina, penis, payudara, testis, dan semacamnya sebaiknya tidak diucapkan
didepan umum tetapi tidak ada salahnya bila dibicarakan dilingkungan keluarga.
Tunjukkan kepada anak-anak anda bahwa anda bersedia membicarakan masalah
tersebut dengan anak-anak anda hanya didalam lingkungan keluarga atau di rumah,
tidak di depan umum. Nama-nama dan fungsi organ-organ tubuh juga penting
dihafalkan. Pengetahuan tentang organ tubuh yang ada kaitannya dengan kelamin
penting dalam pendidikan seks, tetapi sebaiknya kata-kata tersebut diperhalus
dan dapat dimengerti anak-anak dan tidak terkesan seronoh.
2.6
Pertanyaan-Pertanyaan Pertama Dari Seorang Anak
Pertanyaan-pertanyaan
yang muncul pertama dari seorang anak kepada orang tuanya diantaranya :
1.
Bertanya
mengenai alat kelaminnya
2.
Menanyakan
mengapa laki-laki mempunyai penis sedangkan perempuan tidak (biasanya
pertanyaan ini ditanyakan oleh anak-anak yang berusia 3-4 tahun)
3.
Dari
mana ibu memperoleh saya ?
4.
Apakah
ayah mempunyai bayi diperutnya ?
5.
Nanti
setelah besar, apakah saya punya bayi juga ?
Dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan anak mengenai seks adalah bahwa yang dia ucapkan jarang
sekali sama dengan pikirannya dengan arti bahwa bertanya mengenai seks tidaklah
selalu disebabkan hasratnya yang kuat terhadap seks. Berilah keterangan yang
jujur dan sederhana, dan bila anak tidak bertanya lebih jauh lagi-bilama anak
itu mulai mencari mainannya atau bila perhatiannya beralih ke hal-hal lain, hal
tersebut menunjukkan bahwa dia telah puas dengan jawaban tersebut untuk saat
itu dan orang tua tidak perlu menambah lagi. Tunggulah sampai dia bertanya
kembali dan selalu memberi jawaban yang jujur dan sederhana.
Beberapa contoh
jawaban sederhana dari orang tua atas pertanyaan anak-anaknya : sebagai contoh,
seorang anak yang berusia 3 tahun, mungkin baru bisa menanyakan dari manakah
asalnya bayi, orang tua boleh menjawab, bayi tumbuh didalam tubuh ibunya samapi
ia cukup besar untuk keluar dari tubuh ibunya, bagi anak-ank yang berusia 4-5
tahun, orang tua boleh menambahkan semua anak berasal dari kedua orang tuanya,
setiap bayi mula-mula amat kecil didalam perut ibu, kemudian dia terus tumbuh
dan bertambah besar dan setelah cukup besar ia akhirnya keluar dari perut
ibunya. Kadang-kadang anak kecil mengutarakan keinginannya untuk masuk kembali
kedalam perut ibunya. Kepada anak ini jelaskan bahwa setiap bayi lahir itu
kehendak tuhan dan bayi yang telah lahir tidak bisa kembali lagi kedalam perut
ibunya. Ketiaka anak bertanya tentang mengapa laki-laki mempunyai penis
sedangkan perempuan tidak ? orang tua pun menjawab tuhan mengkaruniakan vagina
pada semua perempuan dan kepada laki-laki dikaruniakan penis padanya.
Jawaban yang
jujur atas pertanyaan-pertanyaan akan memudahkan untuk merumuskan jawaban yang
jujur dan gambling atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul kemudian. Cerita
bohong atau tidak benar, hanya akan menimbulkan pemahaman yang keliru dan
kebingungan dalam benak anak-anak serta akan melahirkan pertanyaan-pertanyaan
aneh yang jawabannya semakin sulit.
2.7
Bila
Anak Tidak Mau Bertanya Mengenai Seks
Anak-anak usia sekolah dasar jarang mau menanyakan
soal-soal seks. Keadaan seperti ini tentunya kurang menguntungkan, karena
pertanyan-pertanyaan mereka biasanya sederhana dan mudah dijawab namun penting
sekali bagi perkembangan kehidupan seksualnya kelak setelah dewasa. Para orang
tua yang mempunyai dasar-dasar pendidikan seks yang lemah akan kelabakan
nantinya menjawab pertanyaan-pertanyaan anaknya setelah anaknya bertambah
besar.
Penyebab yang mungkin menyebabkan sejumlah anak
tidak mau bertanya megenai seks:
-
Mereka mungkin tidak berminat untuk
memperhatikan kehidupan keluarga.
Anak
tunggal, anak bungsu, dan anak yang sewaktu adiknya lahir tidak begitu ingat,
karena ia masih sangat kecil, jarang sekali atau bahkan tidak pernah
menyaksikan atau merasakan peristiwa kehadiran bayi didalam keluarganya. Karena
itu rasa ingin tahunya jarang atau tidak pernah terangsang.
-
Sikap orang tua yang tertutup terhadap
pembicaraan mengenai seks.
-
Anggapan anak tentang anak tidak mau
bertanya mengenai seks karena ingin menjadi anak baik, sehingga anak menjadi
ragu-ragu dan tidak percaya diri untuk bertanya dan cenderung penakut.
Anak-anak yang terlalu penakut dapat dibantu dengan
mengurangi beban tekanan menjadi anak baik dengan memuji anak-anak itu diatas
suatu keberhasilan yang diraihnya, sekecil apapun keberhasilan tersebut,
buatlah peraturan-peraturan yang tidak terlalu ketat yang menyisakan ruang bagi
mereka untuk bertanya dengan bebas, tempatkanlah anak-anak itu dalam suasana
santai dan gembira, ciptakanlah situasi dalam rumah tangga yang membuat anak
berani bertanya, ketika anak-anak sudah senang dan merasa aman bersama anda
mereka tidak akan begitu enggan lagi membagi rasa ingin tahunya dan mau
bertanya.
Akibat anak-anak tidak mau bertanya soal seks kepada
orang tuanya di rumah padahal rasa ingin tahu anak sebenarnya tidak pernah diam
dan arena itu mereka tetap akan mencari informasi seks di luar lingkungan
keluarganya, yaitu memilih tokoh atau nara sumber lain karena menganggap bawa
orang tuanya tidak lagi menjadi tempat aman untuk bertanya. Hal ini berbahaya
karena anak belum mampu memilih sumber informasi seks yang baik dan benar
Cara yang dapat dimanfaatkan untuk membantu anak
mengembangkan minat yang normal terhadapan kehidupan seks:
-
Bisa melalui pengamatan kehidupan
binatang peliharaan, pelajaran melalui pengamatan kehidupan binatang memang
baik, tetapi itu tidak cukup, anak harus mengerti mengenai dirinya sendiri dia
harus belajar tentang kehidupan manusia yang sesungguhnya.
-
Obyek lain yang efektif untuk
menumbuhkan rasa ingin tahu anak adalah bayi yang baru lahir. Biasanya setelah
anak memperhatikan bayi baru lahir rasa ingin tahunya mulai tumbuh. Untuk
membantu anak katakanlah komentar sepertii”waktu baru lahir dulu, kamu sangat
kecil seperti bayi itu”
-
Apabila anak anda yang sudah mencapai
usia sekolah masih tidak mau bertanya, meskipun kelihatannya dia dia mempunyai
keinginan untuk bertanya, anda bisa membantunya dengan memahami
pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya ingin diajukannya namun dia tidak mau
mengajukannya, amati tingkah laku dan sifat-sifatnya dengan cermat, ciptakan
situasi yang kondusif dan tunjukkan bahwa anda selalu siap dengan senang hati
menjawab segala pertanyaannya, berilah motivasi agar anak itu mulai bertanya.
Bila cara-cara diatas telah diterapkan namun belum berhasil maka anak masih
bisa menolongnya dengan mengajaknya diskusi secara langsung.
2.8
Berolok-Olok
Mengenai Kehidupan Seks
Berolok-olok mengenai pacar lelaki ataupun perempuan
sering dilakukan para orang tua terutama orang yang tidak berfikiran jauh
kedepan. Bagaimanapun, olok-olok semacam ini selalu menimbulkan perasaan negatif
dalam fikiran anak-anak.
Hampir semua anak kecil akan merasa tidak senang
apabila sering diolok-olok tentang teman bermainnya yang berlawanan jenis.
Sedikit saja olok-olok semacam ini, akan membuatnya merasa canggung dalam
hubungan pergaulan dengan teman-temannya terutama yang berlawanan jenis kelamin
dengannya.
Dalam fikirannya akan terbentuk persepsi bahwa
bergaul dengan sesama anak-anak tetapi yang berlawanan jenis kelamin merupakan
perbuatan yang tidak pantas. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan dengan anak-anak
lain yang berlawanan jenis dengannya. Dan apabila keadaan ini terus berlanjut,
dia akan merasa sulit atau bahkan tidak mampu bekerja sama dengan lawan
jenisnya kelak setelah dia dewasa.
2.9
Maturbasi-
Berbahayakah ?
Anak-anak sering merasa bersalah atau berdosa
setelah melakukan masturbasi. ini adalah ketakutan yang wajar.Para orang tua
takut kalau-kalau anaknya mengalami
kelainan seksual dan dengan melakukan masturbasi dapat merusak perkembangan
fisik dan psikis anak-anaknya.
Hampir semua anak-anak melakukan masturbasi pada
masa perkembangannya. Masturbasi sering dilakukan anak-anak yang berusia 2-6
tahun , dan kembali lagi pada anak-anak yang berusia 12-18 tahun.Dalam
frekuensi sedang, hal ini dapat dianggap sebagai pengalaman yang normal dalam
masa-masa pertumbuhan anak-anak.
Belum ada bukti bahwa masturbasi menimbulkan
kerusakan atau gangguan fisik kecuali rasa nyeri secara local di daerah
genital.Kerugian yang sesugguhya dialami anak-anak ini adalah rasa malu dan
cemas yang diperlihatkan orang tua.
Masturbasi pada tingkat wajar (frekuensi
sedang) tidaklah berbahaya. Tetapi bila
terlalu sering dilakukan masturbasi bisa menimbulkan perasaan bersalah yang
pada gilirannya akan menimbulkan akibat-akibat negative pada terhadap pertumbuhan
fisik dan psikis anak.
Hal yang perlu diperhatikan ketika anak bermain
·
Apakah dia banyak melakukan permainan
fisik?
·
Apakah dia punya teman bermain yang
sebaya dengan dia?
·
Apakah dia mempunyai waktu yang cukup
untuk bermain?
·
Apakah dia mempunyai benda-benda mainan
yang bisa disusun, dibentuk atau dibangun dengan caranya sendiri?
·
Bilamana dia sudah agak besar –lebih
tertarik pada suatu aktivitas khusus?
·
Apakah perasaanya terlihat wajar dan
dapat dibenarkan?
·
Apakah pakaiannya tidak terlalu ketat,
terutama di daerah genital?
·
Apakah dia tidak menderita penyakit gatal-gatal?
Apabila jawaban terhadap semua pertanyaan diatas
adalah “Ya” maka anak itu akan melakukan
masturbasi secara berlebihan.
Pembicaraan mengenai perihal kehidupan seks dapat
diikuti dengan wajar oleh anak berusia 5-6 tahun tanpa perasaan malu-malu.
Katakan dengan serius tapi santai bahwa anda tidak ingin dia melakukan
masturbasi.Dan jelaskan bahwa anak-anak yang lain juga melakukan masturbasi
tapi orang tuanya juga tidak menghendaki hal itu. Dan bantulah anak menghindari
hal-hal yang bisa mendorongnya melakukan masturbasi.
2.10 Kata-Kata Jorok
Anak-anak yang berusia dua atau
tiga tahun sering mengulangi istilah-istilah kamar mandi yang baru
dipelajarinya seperti cebok, berak, kencing, dan lain sejenisnya. Karena
kata-kata itulah yang di ketahui dan bisa diucapkan dengan terpatah-patah oleh
mereka. Perlihatkan kepadanya bahwa anda tidak menyukai kata-kata itu diucapkan
di depan banyak orang. Sebagai penggantinya, ajarkan kata-kata baru yang lebih
sopan dan tunjukkan bahwa Anda suka mendengar mereka mengucapkan kata-kata itu.
Kadang-kadang sejumlah orang tua
menyangka bahwa anaknya agak nakal ketika anak itu mengucapkan beberapa kata
yang kurang ajar, tetapi sebenarnya anak itu mungkin tidak begitu mengerti arti
kata-kata tersebut. Anak kecil belajar dengan menyimak dan meniru-niru. Mereka
memperkaya perbendaharaan katanya dengan jalan mengulang-ulang beberapa kata
yang diucapkan orang lain. Karena itu, jika anak Anda memetik beberapa kata
yang kurang ajar dari teman bermainnya atau dari tetangga, adalah hal yang
wajar apabila dia mengulang-ulang kata tersebut.
Anak-anak yang lebih tua mempunyai
alasan yang berbeda untuk menggunakan kata-kata jorok ini. Kadang-kadang mereka
mengucapkannya hanya karena ingin melucu. Adakalanya hanya untuk menarik
perhatian. Anak laki-laki umumnya lebih sering mengucapkan kata-kata jorok ini
dibandingkan dengan anak perempuan. Anak
laki-laki sering merasa perlu sekali untuk mengetahui istilah-istilah ini dan
menggunakannya supaya diterima di sebuah kelompok atau supaya dianggap sebagai
jagoan. Para orang tua perlu memahami perasaan-perasan semacam ini dan
menyadari bahwa perbuatan seperti itu merupakan hal yang wajar dari masa
pertumbuhan anak. Tetapi hal sepertiini tidak baik dibiarkan berkepanjangan.
Anda harus berusaha menghentikannya dengan jalan menunjukkan bahwa perbuatan
tersebut adalah wajar sampai masa tertentu tetapi tidak baik jika terus
berkepanjangan hingga menjadi sebuah kebiasaan berbicara yang tidak disukai
orang banyak.
2.11
Bagaimana
Menerangkan Menstruasi Kepada Gadis Kecil
Anak perempuan,khususnya memasuki usia 9-10 tahun, sering bertanya-tanya dalam hati
mengenai peristiwa “berdarah-darah” tersebut. Banyak diantara mereka takut
kalau peristiwa itu suatu saat akan menimpa dirinya. pada usia tersebut,umumnya
daya pikir mereka sudah cukup berkembang maka anda dapat memberikan keterangan
yang agak rinci sebagai berikut:
“Bayi didalam kandungan ibunya belum bisa makan
seperti kita. Karena itu tuhan mengatur supaya bayi itu memperoleh makan
melalui perempuan. Jadi,makanan bayi terkandung dalam darah ibunya. Makanan
terseabut dikumpulkan setiap bulannya disuatu tempat dalam perut perempuan yang
sudah dewasa,sebagai cadangan kalau ada bayi nanti dalam rahim perempuan
tersebut. Apabila tidak ada bayi ,darah itu tidak dibutuhkan dan dibuang
melalui vagina perempuan. Peristiwa ini terjadi sekali sebulan bagi setiap
perempuan dewasa. Jadi, keluarnya darah itu bukan karena penyakit atau
luka-luka didaam. Tuhanlah yang menghendaki perempuan mengalami peristiwa itu
sekali sebulan.”
2.12
Bagaimana
Menerangkan Peranan Ayah Dalam Kelahiran Bayi
Mengenai peranannya dalam proses
keberadaan dan kelahiran bayi, para ibu tentunya agak mudah menerangkannya
kepada anak-anaknya. Misalnya dengan menerangkan bahwa dulu sewaktu masih kecil
sekali, bayi itu ada dalam perut ibu dan setelah cukup besar keluar dari suatu
celah yang ada diantara kedua paha bagian atas. Penejlasan semacam ini biasanya
sudah cukup untuk memuaskan rasa ingin tahu anak kecil. Tetapi bagaimanakah
cara menerangkan kepada anak-anak kecil peranan sang ayah dalam keberadaan dan
kelahiran sang bayi? Inilah pertanyaan yang seringkali sulit dijawab oleh para
orang tua. Perlu diingat, cara kita menerangkan hal tersebut selalu ada efeknya
bagi sifat-sifat anak tadi selama bertahun-tahun, tidak hanya selama masa
kanak-kanak tetapi juga ketika anak itu telah dewasa nantinya.
Sebelum berusaha menerangkan bagaimana
peranan ayah dalam kelahiran sang bayi, baik sekali bila para orang tua
terlebih dahulu menanamkan ke dalam benak anak-anaknya bahwa persetubuhan suami
isteri merupakan peristiwa yang indah dan baik yang direstui Tuhan. Tetapi
jangan buru-buru menambahkan bahwa persetubuhan itulah yang menyebabkan
terciptanya bayi dalam tubuh ibunya.
Sulit meramalkan pada usia berapa
anak-anak akan bertanya mengenai persetubuhan. Setiap anak mempunyai tingkat
pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Tetapi kebanyakan
anak-anak yang berusia 5 atau 6 tahun mulai bertanya mengenai asal-usulnya dan
hal-hal yang ada sangkut-pautnya dengan persetubuhan. Seperti yang telah
dikemukakan tadi, agak sulit menerangkan bagaimana peranan sang ayah dalam
kelahiran bayi. Kesulitan ini dirasakan terutama oleh para orang tua yang pada
masa kecilnya tidak mendapatkan pendidikan dan pemahaman seks yang sehat,
tetapi hal ini sebenarnya tidaklah terlalu sulit.
Salah
satu pengertian yang perlu ditanamkan ke dalam pikiran anak kecil secara dini
adalah bahwa setiap bayi itu harus mempunyai ayah dan ibu.
Konsep ini penting sekali karena merupakan landasan bagi penjelasan selanjutnya
tentang peranan ayah dalam kelahiran sang bayi. Para orang tua perlu
menerangkan bahwa setiap bayi itu punya dua orang tua – ayah dan ibunya.
Misalnya dengan menerangkan bahwa seekor anak kelinci ada induknya dan
bapaknya.
Satu
hal yang barangkali perlu dikemukakan adalah bahwa ayah dan ibu sepakat untuk
mempersatukan bibit mereka hanya karena saling mencintai dan mengasihi. Katakan
pula bahwa ayah dan ibu menginginkan bayi ini untuk dicintai dan dirawat dengan
gembira. Disamping itu, perlu juga ditekankan bahwa persetubuhan itu hanya
boleh dilakukan oleh suami-isteri. Persetubuhan kita bicarakan hanya sebatas
dibutuhkan untuk menjelaskan bagaimana bibit ibu bertemu dan bersatu dengan
bibit ayah.
Penjelasan perasaaan mengenai cinta
memang perlu tetapi penjelasan tanpa disertai perbuatan nyata tidak banyak
manfaatnya. Pemahaman yang baik mengenai cinta sangat berguna untuk memudahkan
pengertian yang sehat mengenai kehidupan seks.
Masalahnya menjadi agak sulit apabila
anak itu sendiri tidak pernah mengenal salah satu orang tuanya, dalam hal ini
ayahnya. Sebagai akibatnya penjelasan-penjelasan di atas mungkin menjadi sulit
diterima si anak. Bila sang ayah tidak hadir dalam diri anak karena sudah
meninggal, sesorang masih bisa berterus terang dengan keadaan tersebut.
2.13
Tehnik
Pendidikan Seks
Strategi pendidikan seks,
sebagaimana pendidikan dengan materi apapun, harus disesuaikan dengan tujuan,
tingkat kedalaman materi, usia anak, tingkat pengetahuan dan kedewasaan anak,
dan media yang dimiliki oleh pendidik. Apabila dikaitkan dengan budaya lokal, penjelasan
harus tidak tercerabut dari tradisi lokal yang positif, moral, dan ajaran
agama.
Secara edukatif, anak bisa diberi
pendidikan seks sejak ia bertanya di seputar seks. Bisa jadi pertanyaan anak
tidak terucap lewat kata-kata, untuk itu ekspresi anak harus ditangkap oleh
orangtua atau pendidik. Clara Kriswanto, sebagaimana yang dikutip oleh
Nurhayati Syaifuddin, menyatakan bahwa pendidikan seks untuk anak usia 0-5
tahun adalah dengan teknik atau strategi sebagai berikut.
1.
Membantu anak agar ia merasa nyaman
dengan tubuhnya.
2.
Memberikan sentuhan dan pelukan
kepada anak agar mereka merasakan kasih sayang dari orangtuanya secara
tulus.
3.
Membantu anak memahami perbedaan
perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan di depan umum seperti anak
selesai mandi harus mengenakan baju kembali di dalam kamar mandi atau di dalam
kamar. Anak diberi tahu tenang hal-hal pribadi, tidak boleh disentuh, dan
dilihat orang lain.
4.
Mengajar anak untuk mengetahui
perbedaan anatomi tubuh laki-laki dan perempuan.
5.
Memberikan penjelasan tentang proses
perkembangan tubuh seperti hamil dan melahirkan dalam kalimat yang sederhana,
bagaimana bayi bisa dalam kandungan ibu sesuai tingkat kognitif anak. Tidak
diperkenankan berbohong kepada anak seperti “adik datang dari langit atau
dibawa burung”. Penjelasan disesuaikan dengan keingintahuan atau pertanyaan
anak misalnya dengan contoh yang terjadi pada binatang.
6.
Memberikan pemahaman tentang fungsi
anggota tubuh secara wajar yang mampu menghindarkan diri dari perasaan malu dan
bersalah atas bentuk serta fungsi tubuhnya sendiri.
7.
Mengajarkan anak untuk mengetahui
nama-nama yang benar pada setiap bagian tubuh dan fungsinya. Vagina adalah nama
alat kelamin perempuan dan penis adalah alat kelamin pria, daripada mengatakan
dompet atau nama burung.
8.
Membantu anak memahami konsep
pribadi dan mengajarkan kepada mereka kalau pembicaraan seks adalah
pribadi.
9.
Memberi dukungan dan suasana
kondusif agar anak mau berkonsultasi kepada orangtua untuk setiap pertanyaan
tentang seks.
10. Perlu ditambahkan, teknik pendidikan seks memberikan pemahaman kepada anak
tentang susunan keluarga (nasab) sehingga memahami struktur sosial dan ajaran
agama yang terkait dengan pergaulan laki-laki dan perempuan.
11. Membiasakan dengan pakaian yang sesuai dengan jenis kelaminnya dalam
kehidupan sehatri-hari dan juga melaksanakan salat akan mempermudah anak
memahami dan menghormati anggota tubuhnya.
Sebagaimana
telah disebutkan, teknik pendidikan seks tersebut dilakukan dengan menyesuaikan
terhadap kemampuan dan pemahaman anak sehingga teknik penyampaian dan bahasa
amat perlu dipertimbangkan.
Makasih gan artikelnya sangat membantu di tunggu artikelnya yang laim..
BalasHapusVimax Izon Asli