Kamis, 13 November 2014

SEX EDUCATION PADA ANAK

2.1        Pengertian
Perilaku seksual dan reproduksi pada manusia merupakan hasil interaksi dari berbagai factor. Perilaku seksual dan reproduksi pada binatang, terutama mamalia, antara lain ditandai dengan perilaku yang disebut sebagai estrus. Kata estrus berasal dari bahasa Yunani oistros yang berarti nafsu birahi, atau gelisah.
Perilaku seksual dipacu oleh pengaruh hormon : pada perempuan hormon estrogen dan progesterone, sedangkan pada laki-laki hormon testosterone. (Mohamad, 1998 : 1)
Seksualitas adalah ekspresi seksual seseorang yang secara social dianggap dapat diterima serta mengandung aspek-aspek kepribadian yang luas dan mendalam. Seksualitas merupakan gabungan dari perasaan dan perilaku seseorang yang tidak hanya didasarkan pada cirri seks secara biologis, tetapi juga merupakan salah satu aspek kehidupan sebagai manusia yang tidak dapat dipisahkan dari aspek hidup yang lain. (Mohamad, 1998 : 36)

Makna seksualitas adalah bagaimana suatu masyarakat memberikan arti atau makna terhadap hal-hal seksual yang secara nyata ada di masyarakat. Misalnya, dengan siapa orang boleh berhubungan seks, kapan harus berhubungan seks, dan apa yang harus dilakukan secara seksual, mengapa orang harus melakukan hal-hal seksual, apa yang pantas dan tidak pantas dibicarakan, dan dengan siapa pembicaraaan tentang seksualitas dilakukan (Wagner dan Yatim, 1997:87).
Dari beberapa penelitian, kita mengetahui bahwa ada masyarakat yang memperbolehkan berhubungan seks sebelum menikah, tetapi ada juga masyarakat yang melarangnya. Ini berarti bahwa tingkat pembatasan aktifitas seksual antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tidak selalu sama selama rentang kehidupan tertentu. Ada masyarakat yang memberikan batasan yang lunak bagi remaja tapi tidak bagi orang dewasa.
Seksualitas adalah maksud dan motif dalam diri manusia. Seksualitas adalah hasrat (desire) dan keinginan (want), yang tumpang tindih dengan aspek-aspek lain kehidupan.
Seksualitas adalah mengenai prilaku seksual, perilaku feminim dam maskulin, peran gender dan interaksi gender. Tergantung dari alirannya, maka ada teori yang beranggapan seksualitas seseorang berkembang dengan dipengaruhi secara kuat oleh mitos dan stereotip yang berlaku dalam masyarakat (ekstern), ada pula yang menganggap seksualitas ditentukan olek struktur anatomi-biologis yang dimiliki oleh seseorang (psikoanalisa). Sementara itu, teori yang berkembang berdasarkan aliran psikologi humanistik menekankan bahwa perilaku seksual atau seksualitas seseorang dikembangkan sebagai hasil pilihan orang itu sendiri.
Pendidikan seks tidaklah menyangkut uraian atau penjelasan-penjelasan yang bersifat anatomis saja. Pendidikan seks, bagaimanapun juga tetap akan menyangkut sifat (behavior), emosi, kepribadian, pandangan hidup, lingkungan sosial dan nilai-nilai moral yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Tidaklah berlebihan ketika Sigmun Freud menyatakan bahwa faktor libido atau dorongan seksual merupakan faktor dominan yang mempengaruhi sifat, kepribadian dan jalan hidup setiap individu. Pernyataan ini menunjukkan betapa pentingnya pemahaman dan pengetahuan seks yang benar ditanamkan secara dini dan wajar ke dalam benak anak-anak agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan layak kelak.

2.2        Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Anak
Berdasarkan hasil penyelidikan terhadap pasiennya, Sigmund Freud seorang dokter dan pemikir besar Austria, telah mengungkapkan adanya hubungan yang erat antara gangguan psikologis dan emosional yang dialami seseorang pada masa dewasanya dengan pengalaman seks yang tidak baik pada masa kanak-kanaknya. Gangguan psikologis yang menjadi pemikiran bagi para pakar penganjur pendidikan seks bagi anak-anak adalah gangguan mental pada masa dewasanya yang diakibatkan pengaruh segi seksualnya, rasa takut terhadap hal-ikhwal seks, sikap dingin pada kaum wanita, lemah syahwat pada kaum pria, homoseksualitas, lesbianisme, dan gejala-gejala penyimpangan seksual yang lainnya.
Ada beberapa alasan pentingnya pendidikan seks. Berikut ini alasan-alasan tersebut yang mendasari pendidikan seks.
1.      Pendidikan seks secara dini akan memudahkan anak-anak menerima keberadaan tubuhnya secara menyeluruh dan menerima fase-fase perkembangannya secara wajar. Pendidikan ini akan membantu anak-anak untuk mampu membicarakan perihal seks dengan perasaan yang wajar.
2.      Pendidikan seks secara dini akan membantu anak-anak untuk mengerti dan merasa puas dan peranannya dalam kehidupan. Dengan berbekal pendidikan seks yang sehat dan baik, anak laki-laki akan tumbuh menjadi pria yang bertanggung jawab kelak. Anak-anak perempuan pun akan tumbuh menjadi seorang wanita yang wajar dan ibu yang penuh perhatian dan kelembutan terhadap anak-anaknya kelak.
3.      Pendidikan seks yang cukup efektif untuk menghilangkan rasa ingin tahu yang tidak sehat yang sering muncul dalam benak anak-anak. Anak-anak mengetahui kenyataan dan tahu bahwa orang tuanya mau menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dengan tuntas akan merasa tidak takut atau malu-malu lagi untuk melibatkan diri dalam perbincangan dengan orag tuanya mengenai seks. Mereka tidak akan tertarik lagi pada kepada cerita-cerita yang kotor dan bahan porno yang bersifat tidak mendidik. Pendidikan seks tidak dimaksudkan dan memang tidak menghilangkan minat anak untuk mengetahui perihal seks, tetapi cukup efektif untuk menghambat hasrat anak-anak untuk melakukan penyelidikan yang tidak terarah dan pengalaman-pengalamannya yang bersifat menjerumuskan.
Secara kesuluruhan, informasi seks yang Anda berikan akan melindungi kehidupan masa depan mereka dari komplikasi dan kelainan seks. Pendidikan seks ini akan mendorong anak-anak menumbuhkan sifat-sifat yang normal dan sehat.
4.       Pendidikan seks yang diajarkan secara terbuka dan wajar akan membantu gairah dan semangat hidup seseorang, karena pendidikan tersebut akan membebaskan diri dari persoalan seks yang seringkali menjadi sumber ketidakbahagiaan dalam kehidupan pada saat itu maupun setelah dia dewasa kelak.
5.      Pendidikan seks yang sehat, jujur, dan terbuka juga akan menumbuhkan rasa hormat dan patuh anak-anak terhadap orang tuanya.
6.      Pendidikan seks yang diajarkan secara terarah dan terpimpin di dalam lingkungan keluarga cenderung cukup efektif untuk mengatasi informasi negatif-negatif yang berasal dari lingkungan diluar keluarga.
7.      Pendidikan seks membuat kelahiran manusia menjadi terang dan jelas.
8.      Pendidikan seks juga cukup efektif untuk membuat seorang anak dengan pengetahuan dan sifat yang baik untuk bisa menerima dengan tenang dan gembira kehadiran saudara barunya.
9.      Pendidikan seks akan membuat masing-masing anak bangga dengan jenis kelaminnya. Perasaan bangga seperti ini akan membantu mereka menumbuhkan sifat-sifat yang layak menurut jenis kelaminnya dan akan cenderung menumbuhkan mereka menjadi orang tua yang wajar dan bertanggung jawab kelak setelah dewasa.
10.  Pendidikan seks akan membuat anak-anak sadar dan paham kelak akan peranannya didalam masyarakat menurut jenis kelaminnya. Kesadaran ini akan menumbuhkan rasa percaya diri yang cukup besar dalam jiwa anak-anak tersebut. Ini berarti bahwa pendidikan seks juga akan memperkuat kepribadian orang tersebut.
11.  Pendidikan seks yang sehat dan wajar memugkinkan anak-anak meraih taraf kedewasaan yang layak menurut usianya.
12.  Pendidikan seks mempersiapkan seseorang anak untuk kelak menjadi orang tua yang, dengan baik dan benar, akan mengajarkan penegtahuan seks kepada anak-anaknya.
Salah satu fakta yang patut mendapat perhatian dari para orang tua adalah bahwa percobaan seks sering kali dilakukan atau terjadi pada anak-anak yang tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai seks. Anak-anak yang mempunyai pengertian yang utuh dan menyeluruh mengenai peristiwa kelahiran dan perkembangan manusia cenderung lebih mudah mengendalikan dorongan-dorongan yang bersumber dari dalam dirinya sendiri. Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa para pelaku kejahatan seksual umumnya berasal dari keluarga-keluarga yang sama sekali tidak atau sedikit sekali memperoleh penjelasan dan pengetahuan mengenai seks.
Pendidikan seks yang baik dan benar tidak hanya setengah-tengah memuaskan rasa ingin tahu anak mengenai masalah seks. Justru sebaliknya, anak-anak yang mengetahui fakta-fakta seksual dan sadar bahwa mereka orang tuanya sudi membicarakn hal ini dengan mereka cenderung kurang tertarik terhadap percobaan-percobaan seksual yang tidak terarah bila dibandingkan dengan anak-anak  yang tidak mengetahui fakta-fakta  dan kesadaran tersebut. Memberikan penjelasan, seksual selalu mempunyai pengaruh positif; anak-anak mungkin masih ingin mengajukan beberapa pertanyaan, tetapi mereka akan lebih suka mengajukan secara langsung kepada orang tuanya, bukan kepada sumber sumber yang kesadaran tanggung jawabnya atau moralitasnya masih diragukan.
Tetapi banyak informasi atau penjelasan mungkin membutuhkan bahan atau pengetahuan yang terlalu luas dan cenderung berakibat negatif terhadap kepribadian anak-anak tersebut. Tidaklah bijaksana dan tidak juga mendidik apabila para orag tua menceritakan segala hal yang mereka ketahui mengenai seks.
Pada umumnya, pertanyan-pertanyan anak-anak bersifat sederhana dan mudah dan, karena itu hanya membutuhkan keterangan atau jawaban yang juga sederhana. Jujur dan sederhana adalah jawaban yang tepat bagi mereka. Kemudian tunggulah dengan sabar pertanyaan-pertanyan berikutnya.
Kita bisa menyelamatkan anak-anak kita dari perasaan malu yang tidak pada tempatnya atau dari pemikiran yang terlalu kritis, apabila kita menegaskan bahwa persoalan seks sebaiknya dibicarakan hanya di rumah. Abak-anak kita mudah menerima aturan sederhana ini.

2.3        Usia Pendidikan Seks Sebaiknya Dimulai
Sesungguhnya pendidikan sex telah diberikan secara atau tidak sadar oleh para orang tua kepada anaknya semenjak hari kelahiran anak-tersebut. Lewat perbuatan-perbuatan seperti menimbang, merawat, membersihkan badannya, bermain dengannya dan juga tertawa senang bersamannya, para orang tua tanpa sadar telah mengajarkan beberapa hal penting mengenai sex. Barangkali anda bertanya apakah perbuatan tersebut merupakan pendidikan sex juga. Melalui perbuatan-perbuatan yang menyenangkan ini sesungguhnya anda sedang memperkenalkan kepadannya suatu hal yang teramat penting dalam hidup ini. Biasanya anak-anak mulai bertanya mengenai sex pada usia 2-4 tahun. Pada usia ini anak-anak gemar berbicara dan merasa senang apabila pertanyaan-pertanyaannya mendapat tanggapan, meskipun sebenarnya dia sering tidak memahami arti atau maksud yang di kemukakan dalam jawaban ini. Seringkali orang tua merasa bahwa anak kecil tidak perlu dan belum pantas mendapatkan pendidikan sex. Ini merupakan pandangan yang keliru karena sesungguhnya para orang tua secara tidak sadar telah memberikan pendidikan sex semenjak hari kelahiran anak-anaknya. Tetapi masalahnya adalah bahwa orang tua ini tidak mau membicarakan tentang sex dengan anaknya sampai anak-anaknya mencapai usia 13 tahun, usia yang mereka anggap cocok untuk anak-anaknya untuk mulai mendapat pendidikan sex. Dan tentu saja, usia 13 tahun sudah terlalu lambat untuk memulai pendidikan sex secara sadar dari orang tua. Dalam kurun waktu 0-13 tahun beberapa peristiwa penting dalam kehidupan dan perkembangan keperibadian si anak telah terlewatkan, dan mustahil bisa terulang. Apabila anak-anak bertanya mengenai sex, jangan tangguhkan jawabannya sampai waktu yang anda anggap tepat, karena waktu yang tepat untuk menjawab anak-anak adalah saat ketika ia bertanya. Apabila anda menangguhkannya, pertanyaan itu mungkin akan terlupakan dan daya tarik alamiah atau perbedaan yang dia lihat tersebut adalah hal yang wajar, bahwa perempuan menciptakan wanita berbeda dari laki-laki, dan keduannya adalah baik baginya.
Membiarkan anak-anak tersebut memperoleh jawaban dari orang lain atau sumber-sumber yang lain cenderung membuat anak-anak itu kurang percaya kepada orang tuannya ataupun tempatnya bertanya, pada gilirannya, akan membuat komunikasi antara anak dengan orang tuanya menjadi terganggu. Masalah seperti ini, bila tidak segera diatasi, bias berdampak luas terhadap perkembangan keperibadian anak-anak itu kelak setelah mereka dewasa.
Secara garis besar, dr. Boyke membagi pendidikan seks bagi anak berdasarkan usia ke dalam empat tahap yakni usia 1 – 4 tahun, usia 5-7 tahun, 8-10 tahun dan usia 10-12 tahun.
·         Usia 1 sampai 4 tahun
Orangtua disarankan mulai memperkenalkan anatomi tubuh, termasuk alat genital. Perlu juga ditekankan pada anak bahwa setiap orang adalah ciptaan Tuhan yang unik, dan berbeda satu sama lain. ”Kenalkan, ini mata, ini kaki, ini vagina. Itu tidak apa-apa. Terangkan bahwa anak laki-laki dan perempuan diciptakan Tuhan berbeda, masing-masing dengan keunikannya sendiri.
·         Usia 5 – 7 tahun
Menurut dr. Boyke, rasa ingin tahu anak tentang aspek seksual biasanya meningkat. Mereka akan menanyakan kenapa temannya memiliki organ-organ yang berbeda dengan dirinya sendiri. Rasa ingin tahu itu merupakan hal yang wajar. Karena itu, orang tua diharapkan bersikap sabar dan komunikatif, menjelaskan hal-hal yang ingin diketahui anak. ”Kalau anak laki-laki mengintip temannya perempuan yang sedang buang air, itu mungkin karena ia ingin tahu. Jangan hanya ditegur lalu ditinggalkan tanpa penjelasan. Terangkan, bedanya anak laki-laki dan perempuan. Orangtua harus dengan sabar memberikan penjelasan pada anak,” ujar Boyke.
·         Usia 8 – 10 tahun
Anak sudah mampu membedakan dan mengenali hubungan sebab akibat. Pada fase ini, orangtua sudah bisa menerangkan secara sederhana proses reproduksi, misalnya tentang sel telur dan sperma yang jika bertemu akan membentuk bayi.
·         Usia 11-13 tahun
Anak sudah mulai memasuki pubertas. Ia mulai mengalami perubahan fisik, dan mulai tertarik pada lawan jenisnya. Ia juga sedang giat mengeksplorasi diri. Anak perempuan, misalnya, akan mulai mencoba-coba alat make up ibunya. Pada tahap inilah peran orangtua amat sangat penting. Orangtua harus menerima perubahan diri anaknya sebagai bagian yang wajar dari pertumbuhan seorang anak-anak menuju tahap dewasa, dan tidak memandangnya sebagai ketidakpantasan atau hal yang perlu disangkal.
Di sisi lain orangtua harus berusaha melakukan pengawasan lebih ketat, dengan cara menjaga komunikasi dengan anak tetap berjalan lancar. Kalau anak merasa yakin dan percaya ia bisa menceritakan apa saja kepada orang tuanya, orang tua akan bisa mengawasi si anak dengan lebih baik.
Sebaiknya anak perempuan memiliki hubungan lebih dekat dengan ibu, dan sebaliknya. Hal itu mempermudah anak membentuk identitas dirinya sendiri sebagai individu dewasa.
”Kalau anak perempuan jauh lebih dekat dengan ayahnya, dan kurang akrab dengan ibunya, ia bisa saja mencari sosok ayah jika ia mencari pasangan hidup kelak, tidak suka teman seusianya.

2.4        Faktor-Faktor Pendukung Pendidikan Seks Bagi Anak
1.      Lingkungan Keluarga
Pendidikan seks dapat berkembang dengan baik dalam lingkungan keluarga yang sehat dan wajar, yaitu masing-masing anggota keluarga hidup selaras satu sama yang lain. Hubungan yang hangat dan terbuka antara orang tua dan anak-anak akan memindahkan komunikasi antara kedua belah pihak, sehingga ke dua belah pihak dapat membicarakan perihal seks dengan perasaan yang wajar dan tidak malu-malu.
2.      Teladan
Anak-anak secara tidak sadar cenderung mencontoh sikap dan perbuatan orang tuanya. Para orang tua seringkali tidak sadar bahwa anak-anaknya menyerap dan meniru perasaan-perasaan dan sifat-sifat orang tuanya.
3.      Perasaan Malu
Perasaan malu yang diperlihatkan secara kentara oleh para orang tua di hadapan anak-anak ketika anak-anak itu bertanya mengenai seks, biasanya diartikan sebagai petunjuk bahwa para orang tua tidak menyukai pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Karena itu, mereka mungkin tidak mau lagi bertanya kepada orang tuanya. Tetapi rasa ingin tahu anak-anak tidak pernah berhenti sehingga mereka akan berusaha mendapatkan informasi dari luar lingkungan keluarga-dari cerita teman-teman , majalah, gambar-gambar porno, dan lain-lain. Informasi seperti ini tentunya tidak bersifat mendidik dan kebenarannya pun tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Karena itu, perlihatkanlah sikap yang tenang dan seimbang ketika menghadapi pertanyaan semacam ini. Akan sangat bermanfaat apabila jawaban anda didahului dengan kata “ibu senang kamu menanyakan hal itu.” Pertanyaan sederhana ini akan menumbuhkan keyakinan anak anda benar-benar bersedia menjawab pertanyaan.
4.      Pertanyaan
Rasa ingin tahu yang normal dari anak-anak biasanya diwujudkan dalam bentuk pertanyaan. Anak ini dapat di bina dan dipelihara dengan jalan berusaha membeikan jawaban-jawaban yang jujur dan masuk akal atas setiap pertanyaan yang mereka ajukan, termasuk pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut seks.
5.      Kehidupan Hewan Peliharaan
Kehidupan binatang peliharaan yang sudah dikenal oleh anak-anak dapat menjadi sarana penunjang bagi pendidikan seks bagi anak-anaknya atau induk anjing uang sedang menyusui anak-anaknya. Berilah jawaban-jawaban  yang dapat dimengerti anak-anak .
6.      Perjalanan Waktu
Ketika anak-anak bertumbuh makin besar dan mulai mengerti mengenai orang-orang yang ada di sekelilingnya, seiring dengan perkembangan ini tumbuh pula secara alamiah rasa ingin tahunya. Tunggulah sampai anak-anak anda bertanya dan pada saat itulah.
Jawaban Anda akan benar-benar diperhatikan dan diserap anak-anak Anda. Memberi penjelasan tanpa ditanyakan oleh anak-anak tidak akan banyak manfaatnya, karena anak-anak cenderung kurang tertarik kepada penjelasan seperti itu.
7.      Kesediaan Mendengar
Simaklah dengan cermat setiap pertanyaan anak Anda agar Anda dapat mengetahui apa sebenarnya yang ingin diketahuinya.
8.      Jangan Mengangguhkan Penjelasan Anda
Janganlah berusaha menunda penjelasan Anda dengan jalan mengalihkan perhatian anak terhadap hal yang lain. Dia akan bingung dan heran mengapa Anda tidak bersedia menjawab pertanyaannya.
9.      Jawaban Yang Wajar Dan Sederhana
Jawaban yang selalu mendetail dan panjang akan membingungkan anak itu.
10.  Mendidik Sebagai Suatu Proses
Pendidikan seks bukanlah dalam bentuk suatu pelajaran, tetapi lebih merupakan sebuah proses perkembangan kepribadian yang mestidijalani anak-anak agar dapat menjadi manusia yang memahami seks secara proporsional. Proses ini harus dimulai semenjak anak-anak baru lahir hingga mencapai usia dewasa.
11.  Tingkah Laku Orang Tua
Mereka akan meniru sikap dan tingkah laku Anda.
12.  Orang Tua Sebagai Nara Sumber Utama
Sumber terbaik bagi anak-anak Anda untuk memperoleh informasi seks adalah diri Anda sendiri, yakni orang tuanya.
13.  Pola Hidup Yang Baik
Keberhasilan Anda dalam memberikan pendidikan seks kepada anak-anak Anda tidak dapat dpisahkan dari segi-segi kehidupan yang lainnya. Karena itu, sebagai orang tua, Anda perlu membina pola kehidupan rumah tangga yang baik. Anak-anak cenderung tumbuh dan berkembang dengan mengikuti pola dan pandangan hidup yang diperluhatkan oleh orang tuanya dan orang-orang dewasa yang ada disekelilingnya.

2.5        Memilih Kata-Kata Yang Cocok Untuk Menerangkan Kehidupan Seks
Persoalan seks selalu erat kaitannya dengan tata susila, maka anda perlu menjelaskan kepada anak-anak bahwa kata-kata seperti vagina, penis, payudara, testis, dan semacamnya sebaiknya tidak diucapkan didepan umum tetapi tidak ada salahnya bila dibicarakan dilingkungan keluarga. Tunjukkan kepada anak-anak anda bahwa anda bersedia membicarakan masalah tersebut dengan anak-anak anda hanya didalam lingkungan keluarga atau di rumah, tidak di depan umum. Nama-nama dan fungsi organ-organ tubuh juga penting dihafalkan. Pengetahuan tentang organ tubuh yang ada kaitannya dengan kelamin penting dalam pendidikan seks, tetapi sebaiknya kata-kata tersebut diperhalus dan dapat dimengerti anak-anak dan tidak terkesan seronoh.

2.6        Pertanyaan-Pertanyaan Pertama Dari Seorang Anak
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul pertama dari seorang anak kepada orang tuanya diantaranya :
1.      Bertanya mengenai alat kelaminnya
2.      Menanyakan mengapa laki-laki mempunyai penis sedangkan perempuan tidak (biasanya pertanyaan ini ditanyakan oleh anak-anak yang berusia 3-4 tahun)
3.      Dari mana ibu memperoleh saya ?
4.      Apakah ayah mempunyai bayi diperutnya ?
5.      Nanti setelah besar, apakah saya punya bayi juga ?
Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan anak mengenai seks adalah bahwa yang dia ucapkan jarang sekali sama dengan pikirannya dengan arti bahwa bertanya mengenai seks tidaklah selalu disebabkan hasratnya yang kuat terhadap seks. Berilah keterangan yang jujur dan sederhana, dan bila anak tidak bertanya lebih jauh lagi-bilama anak itu mulai mencari mainannya atau bila perhatiannya beralih ke hal-hal lain, hal tersebut menunjukkan bahwa dia telah puas dengan jawaban tersebut untuk saat itu dan orang tua tidak perlu menambah lagi. Tunggulah sampai dia bertanya kembali dan selalu memberi jawaban yang jujur dan sederhana.
Beberapa contoh jawaban sederhana dari orang tua atas pertanyaan anak-anaknya : sebagai contoh, seorang anak yang berusia 3 tahun, mungkin baru bisa menanyakan dari manakah asalnya bayi, orang tua boleh menjawab, bayi tumbuh didalam tubuh ibunya samapi ia cukup besar untuk keluar dari tubuh ibunya, bagi anak-ank yang berusia 4-5 tahun, orang tua boleh menambahkan semua anak berasal dari kedua orang tuanya, setiap bayi mula-mula amat kecil didalam perut ibu, kemudian dia terus tumbuh dan bertambah besar dan setelah cukup besar ia akhirnya keluar dari perut ibunya. Kadang-kadang anak kecil mengutarakan keinginannya untuk masuk kembali kedalam perut ibunya. Kepada anak ini jelaskan bahwa setiap bayi lahir itu kehendak tuhan dan bayi yang telah lahir tidak bisa kembali lagi kedalam perut ibunya. Ketiaka anak bertanya tentang mengapa laki-laki mempunyai penis sedangkan perempuan tidak ? orang tua pun menjawab tuhan mengkaruniakan vagina pada semua perempuan dan kepada laki-laki dikaruniakan penis padanya.
Jawaban yang jujur atas pertanyaan-pertanyaan akan memudahkan untuk merumuskan jawaban yang jujur dan gambling atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul kemudian. Cerita bohong atau tidak benar, hanya akan menimbulkan pemahaman yang keliru dan kebingungan dalam benak anak-anak serta akan melahirkan pertanyaan-pertanyaan aneh yang jawabannya semakin sulit.

2.7        Bila Anak Tidak Mau Bertanya Mengenai Seks
Anak-anak usia sekolah dasar jarang mau menanyakan soal-soal seks. Keadaan seperti ini tentunya kurang menguntungkan, karena pertanyan-pertanyaan mereka biasanya sederhana dan mudah dijawab namun penting sekali bagi perkembangan kehidupan seksualnya kelak setelah dewasa. Para orang tua yang mempunyai dasar-dasar pendidikan seks yang lemah akan kelabakan nantinya menjawab pertanyaan-pertanyaan anaknya setelah anaknya bertambah besar.
Penyebab yang mungkin menyebabkan sejumlah anak tidak mau bertanya megenai seks:
-          Mereka mungkin tidak berminat untuk memperhatikan kehidupan keluarga.
Anak tunggal, anak bungsu, dan anak yang sewaktu adiknya lahir tidak begitu ingat, karena ia masih sangat kecil, jarang sekali atau bahkan tidak pernah menyaksikan atau merasakan peristiwa kehadiran bayi didalam keluarganya. Karena itu rasa ingin tahunya jarang atau tidak pernah terangsang.
-          Sikap orang tua yang tertutup terhadap pembicaraan mengenai seks.
-          Anggapan anak tentang anak tidak mau bertanya mengenai seks karena ingin menjadi anak baik, sehingga anak menjadi ragu-ragu dan tidak percaya diri untuk bertanya dan cenderung penakut.
Anak-anak yang terlalu penakut dapat dibantu dengan mengurangi beban tekanan menjadi anak baik dengan memuji anak-anak itu diatas suatu keberhasilan yang diraihnya, sekecil apapun keberhasilan tersebut, buatlah peraturan-peraturan yang tidak terlalu ketat yang menyisakan ruang bagi mereka untuk bertanya dengan bebas, tempatkanlah anak-anak itu dalam suasana santai dan gembira, ciptakanlah situasi dalam rumah tangga yang membuat anak berani bertanya, ketika anak-anak sudah senang dan merasa aman bersama anda mereka tidak akan begitu enggan lagi membagi rasa ingin tahunya dan mau bertanya.
Akibat anak-anak tidak mau bertanya soal seks kepada orang tuanya di rumah padahal rasa ingin tahu anak sebenarnya tidak pernah diam dan arena itu mereka tetap akan mencari informasi seks di luar lingkungan keluarganya, yaitu memilih tokoh atau nara sumber lain karena menganggap bawa orang tuanya tidak lagi menjadi tempat aman untuk bertanya. Hal ini berbahaya karena anak belum mampu memilih sumber informasi seks yang baik dan benar
Cara yang dapat dimanfaatkan untuk membantu anak mengembangkan minat yang normal terhadapan kehidupan seks:
-          Bisa melalui pengamatan kehidupan binatang peliharaan, pelajaran melalui pengamatan kehidupan binatang memang baik, tetapi itu tidak cukup, anak harus mengerti mengenai dirinya sendiri dia harus belajar tentang kehidupan manusia yang sesungguhnya.
-          Obyek lain yang efektif untuk menumbuhkan rasa ingin tahu anak adalah bayi yang baru lahir. Biasanya setelah anak memperhatikan bayi baru lahir rasa ingin tahunya mulai tumbuh. Untuk membantu anak katakanlah komentar sepertii”waktu baru lahir dulu, kamu sangat kecil seperti bayi itu”
-          Apabila anak anda yang sudah mencapai usia sekolah masih tidak mau bertanya, meskipun kelihatannya dia dia mempunyai keinginan untuk bertanya, anda bisa membantunya dengan memahami pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya ingin diajukannya namun dia tidak mau mengajukannya, amati tingkah laku dan sifat-sifatnya dengan cermat, ciptakan situasi yang kondusif dan tunjukkan bahwa anda selalu siap dengan senang hati menjawab segala pertanyaannya, berilah motivasi agar anak itu mulai bertanya. Bila cara-cara diatas telah diterapkan namun belum berhasil maka anak masih bisa menolongnya dengan mengajaknya diskusi secara langsung.

2.8        Berolok-Olok Mengenai Kehidupan Seks
Berolok-olok mengenai pacar lelaki ataupun perempuan sering dilakukan para orang tua terutama orang yang tidak berfikiran jauh kedepan. Bagaimanapun, olok-olok semacam ini selalu menimbulkan perasaan negatif dalam fikiran anak-anak.
Hampir semua anak kecil akan merasa tidak senang apabila sering diolok-olok tentang teman bermainnya yang berlawanan jenis. Sedikit saja olok-olok semacam ini, akan membuatnya merasa canggung dalam hubungan pergaulan dengan teman-temannya terutama yang berlawanan jenis kelamin dengannya.
Dalam fikirannya akan terbentuk persepsi bahwa bergaul dengan sesama anak-anak tetapi yang berlawanan jenis kelamin merupakan perbuatan yang tidak pantas. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan dengan anak-anak lain yang berlawanan jenis dengannya. Dan apabila keadaan ini terus berlanjut, dia akan merasa sulit atau bahkan tidak mampu bekerja sama dengan lawan jenisnya kelak setelah dia dewasa.

2.9        Maturbasi- Berbahayakah ?
Anak-anak sering merasa bersalah atau berdosa setelah melakukan masturbasi. ini adalah ketakutan yang wajar.Para orang tua takut  kalau-kalau anaknya mengalami kelainan seksual dan dengan melakukan masturbasi dapat merusak perkembangan fisik dan psikis anak-anaknya.
Hampir semua anak-anak melakukan masturbasi pada masa perkembangannya. Masturbasi sering dilakukan anak-anak yang berusia 2-6 tahun , dan kembali lagi pada anak-anak yang berusia 12-18 tahun.Dalam frekuensi sedang, hal ini dapat dianggap sebagai pengalaman yang normal dalam masa-masa pertumbuhan anak-anak.
Belum ada bukti bahwa masturbasi menimbulkan kerusakan atau gangguan fisik kecuali rasa nyeri secara local di daerah genital.Kerugian yang sesugguhya dialami anak-anak ini adalah rasa malu dan cemas yang diperlihatkan orang tua.
Masturbasi pada tingkat wajar (frekuensi sedang)  tidaklah berbahaya. Tetapi bila terlalu sering dilakukan masturbasi bisa menimbulkan perasaan bersalah yang pada gilirannya akan menimbulkan akibat-akibat negative pada terhadap pertumbuhan fisik dan psikis anak.
Hal yang perlu diperhatikan ketika anak bermain
·         Apakah dia banyak melakukan permainan fisik?
·         Apakah dia punya teman bermain yang sebaya dengan dia?
·         Apakah dia mempunyai waktu yang cukup untuk bermain?
·         Apakah dia mempunyai benda-benda mainan yang bisa disusun, dibentuk atau dibangun dengan caranya sendiri?
·         Bilamana dia sudah agak besar –lebih tertarik pada suatu aktivitas khusus?
·         Apakah perasaanya terlihat wajar dan dapat dibenarkan?
·         Apakah pakaiannya tidak terlalu ketat, terutama di daerah genital?
·         Apakah dia tidak menderita penyakit gatal-gatal?
Apabila jawaban terhadap semua pertanyaan diatas adalah “Ya”  maka anak itu akan melakukan masturbasi secara berlebihan.
Pembicaraan mengenai perihal kehidupan seks dapat diikuti dengan wajar oleh anak berusia 5-6 tahun tanpa perasaan malu-malu. Katakan dengan serius tapi santai bahwa anda tidak ingin dia melakukan masturbasi.Dan jelaskan bahwa anak-anak yang lain juga melakukan masturbasi tapi orang tuanya juga tidak menghendaki hal itu. Dan bantulah anak menghindari hal-hal yang bisa mendorongnya melakukan masturbasi.

2.10    Kata-Kata Jorok
Anak-anak yang berusia dua atau tiga tahun sering mengulangi istilah-istilah kamar mandi yang baru dipelajarinya seperti cebok, berak, kencing, dan lain sejenisnya. Karena kata-kata itulah yang di ketahui dan bisa diucapkan dengan terpatah-patah oleh mereka. Perlihatkan kepadanya bahwa anda tidak menyukai kata-kata itu diucapkan di depan banyak orang. Sebagai penggantinya, ajarkan kata-kata baru yang lebih sopan dan tunjukkan bahwa Anda suka mendengar mereka mengucapkan kata-kata itu.
Kadang-kadang sejumlah orang tua menyangka bahwa anaknya agak nakal ketika anak itu mengucapkan beberapa kata yang kurang ajar, tetapi sebenarnya anak itu mungkin tidak begitu mengerti arti kata-kata tersebut. Anak kecil belajar dengan menyimak dan meniru-niru. Mereka memperkaya perbendaharaan katanya dengan jalan mengulang-ulang beberapa kata yang diucapkan orang lain. Karena itu, jika anak Anda memetik beberapa kata yang kurang ajar dari teman bermainnya atau dari tetangga, adalah hal yang wajar apabila dia mengulang-ulang kata tersebut.
Anak-anak yang lebih tua mempunyai alasan yang berbeda untuk menggunakan kata-kata jorok ini. Kadang-kadang mereka mengucapkannya hanya karena ingin melucu. Adakalanya hanya untuk menarik perhatian. Anak laki-laki umumnya lebih sering mengucapkan kata-kata jorok ini dibandingkan dengan anak perempuan.  Anak laki-laki sering merasa perlu sekali untuk mengetahui istilah-istilah ini dan menggunakannya supaya diterima di sebuah kelompok atau supaya dianggap sebagai jagoan. Para orang tua perlu memahami perasaan-perasan semacam ini dan menyadari bahwa perbuatan seperti itu merupakan hal yang wajar dari masa pertumbuhan anak. Tetapi hal sepertiini tidak baik dibiarkan berkepanjangan. Anda harus berusaha menghentikannya dengan jalan menunjukkan bahwa perbuatan tersebut adalah wajar sampai masa tertentu tetapi tidak baik jika terus berkepanjangan hingga menjadi sebuah kebiasaan berbicara yang tidak disukai orang banyak.

2.11    Bagaimana Menerangkan Menstruasi Kepada Gadis Kecil
Anak perempuan,khususnya memasuki usia  9-10 tahun, sering bertanya-tanya dalam hati mengenai peristiwa “berdarah-darah” tersebut. Banyak diantara mereka takut kalau peristiwa itu suatu saat akan menimpa dirinya. pada usia tersebut,umumnya daya pikir mereka sudah cukup berkembang maka anda dapat memberikan keterangan yang agak rinci sebagai berikut:
“Bayi didalam kandungan ibunya belum bisa makan seperti kita. Karena itu tuhan mengatur supaya bayi itu memperoleh makan melalui perempuan. Jadi,makanan bayi terkandung dalam darah ibunya. Makanan terseabut dikumpulkan setiap bulannya disuatu tempat dalam perut perempuan yang sudah dewasa,sebagai cadangan kalau ada bayi nanti dalam rahim perempuan tersebut. Apabila tidak ada bayi ,darah itu tidak dibutuhkan dan dibuang melalui vagina perempuan. Peristiwa ini terjadi sekali sebulan bagi setiap perempuan dewasa. Jadi, keluarnya darah itu bukan karena penyakit atau luka-luka didaam. Tuhanlah yang menghendaki perempuan mengalami peristiwa itu sekali sebulan.”

2.12    Bagaimana Menerangkan Peranan Ayah Dalam Kelahiran Bayi
Mengenai peranannya dalam proses keberadaan dan kelahiran bayi, para ibu tentunya agak mudah menerangkannya kepada anak-anaknya. Misalnya dengan menerangkan bahwa dulu sewaktu masih kecil sekali, bayi itu ada dalam perut ibu dan setelah cukup besar keluar dari suatu celah yang ada diantara kedua paha bagian atas. Penejlasan semacam ini biasanya sudah cukup untuk memuaskan rasa ingin tahu anak kecil. Tetapi bagaimanakah cara menerangkan kepada anak-anak kecil peranan sang ayah dalam keberadaan dan kelahiran sang bayi? Inilah pertanyaan yang seringkali sulit dijawab oleh para orang tua. Perlu diingat, cara kita menerangkan hal tersebut selalu ada efeknya bagi sifat-sifat anak tadi selama bertahun-tahun, tidak hanya selama masa kanak-kanak tetapi juga ketika anak itu telah dewasa nantinya.
Sebelum berusaha menerangkan bagaimana peranan ayah dalam kelahiran sang bayi, baik sekali bila para orang tua terlebih dahulu menanamkan ke dalam benak anak-anaknya bahwa persetubuhan suami isteri merupakan peristiwa yang indah dan baik yang direstui Tuhan. Tetapi jangan buru-buru menambahkan bahwa persetubuhan itulah yang menyebabkan terciptanya bayi dalam tubuh ibunya.
Sulit meramalkan pada usia berapa anak-anak akan bertanya mengenai persetubuhan. Setiap anak mempunyai tingkat pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Tetapi kebanyakan anak-anak yang berusia 5 atau 6 tahun mulai bertanya mengenai asal-usulnya dan hal-hal yang ada sangkut-pautnya dengan persetubuhan. Seperti yang telah dikemukakan tadi, agak sulit menerangkan bagaimana peranan sang ayah dalam kelahiran bayi. Kesulitan ini dirasakan terutama oleh para orang tua yang pada masa kecilnya tidak mendapatkan pendidikan dan pemahaman seks yang sehat, tetapi hal ini sebenarnya tidaklah terlalu sulit.
Salah satu pengertian yang perlu ditanamkan ke dalam pikiran anak kecil secara dini adalah bahwa setiap bayi itu harus mempunyai ayah dan ibu. Konsep ini penting sekali karena merupakan landasan bagi penjelasan selanjutnya tentang peranan ayah dalam kelahiran sang bayi. Para orang tua perlu menerangkan bahwa setiap bayi itu punya dua orang tua – ayah dan ibunya. Misalnya dengan menerangkan bahwa seekor anak kelinci ada induknya dan bapaknya.
Satu hal yang barangkali perlu dikemukakan adalah bahwa ayah dan ibu sepakat untuk mempersatukan bibit mereka hanya karena saling mencintai dan mengasihi. Katakan pula bahwa ayah dan ibu menginginkan bayi ini untuk dicintai dan dirawat dengan gembira. Disamping itu, perlu juga ditekankan bahwa persetubuhan itu hanya boleh dilakukan oleh suami-isteri. Persetubuhan kita bicarakan hanya sebatas dibutuhkan untuk menjelaskan bagaimana bibit ibu bertemu dan bersatu dengan bibit ayah.
Penjelasan perasaaan mengenai cinta memang perlu tetapi penjelasan tanpa disertai perbuatan nyata tidak banyak manfaatnya. Pemahaman yang baik mengenai cinta sangat berguna untuk memudahkan pengertian yang sehat mengenai kehidupan seks.
Masalahnya menjadi agak sulit apabila anak itu sendiri tidak pernah mengenal salah satu orang tuanya, dalam hal ini ayahnya. Sebagai akibatnya penjelasan-penjelasan di atas mungkin menjadi sulit diterima si anak. Bila sang ayah tidak hadir dalam diri anak karena sudah meninggal, sesorang masih bisa berterus terang dengan keadaan tersebut.
2.13    Tehnik Pendidikan Seks
Strategi pendidikan seks, sebagaimana pendidikan dengan materi apapun, harus disesuaikan dengan tujuan, tingkat kedalaman materi, usia anak, tingkat pengetahuan dan kedewasaan anak, dan media yang dimiliki oleh pendidik. Apabila dikaitkan dengan budaya lokal, penjelasan harus tidak tercerabut dari tradisi lokal yang positif, moral, dan ajaran agama. 
Secara edukatif, anak bisa diberi pendidikan seks sejak ia bertanya di seputar seks. Bisa jadi pertanyaan anak tidak terucap lewat kata-kata, untuk itu ekspresi anak harus ditangkap oleh orangtua atau pendidik. Clara Kriswanto, sebagaimana yang dikutip oleh Nurhayati Syaifuddin, menyatakan bahwa pendidikan seks untuk anak usia 0-5 tahun adalah dengan teknik atau strategi sebagai berikut. 
1.      Membantu anak agar ia merasa nyaman dengan tubuhnya. 
2.      Memberikan sentuhan dan pelukan kepada anak agar mereka merasakan kasih sayang dari orangtuanya secara tulus. 
3.      Membantu anak memahami perbedaan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan di depan umum seperti anak selesai mandi harus mengenakan baju kembali di dalam kamar mandi atau di dalam kamar. Anak diberi tahu tenang hal-hal pribadi, tidak boleh disentuh, dan dilihat orang lain. 
4.      Mengajar anak untuk mengetahui perbedaan anatomi tubuh laki-laki dan perempuan. 
5.      Memberikan penjelasan tentang proses perkembangan tubuh seperti hamil dan melahirkan dalam kalimat yang sederhana, bagaimana bayi bisa dalam kandungan ibu sesuai tingkat kognitif anak. Tidak diperkenankan berbohong kepada anak seperti “adik datang dari langit atau dibawa burung”. Penjelasan disesuaikan dengan keingintahuan atau pertanyaan anak misalnya dengan contoh yang terjadi pada binatang. 
6.      Memberikan pemahaman tentang fungsi anggota tubuh secara wajar yang mampu menghindarkan diri dari perasaan malu dan bersalah atas bentuk serta fungsi tubuhnya sendiri. 
7.      Mengajarkan anak untuk mengetahui nama-nama yang benar pada setiap bagian tubuh dan fungsinya. Vagina adalah nama alat kelamin perempuan dan penis adalah alat kelamin pria, daripada mengatakan dompet atau nama burung. 
8.      Membantu anak memahami konsep pribadi dan mengajarkan kepada mereka kalau pembicaraan seks adalah pribadi. 
9.      Memberi dukungan dan suasana kondusif agar anak mau berkonsultasi kepada orangtua untuk setiap pertanyaan tentang seks. 
10.  Perlu ditambahkan, teknik pendidikan seks memberikan pemahaman kepada anak tentang susunan keluarga (nasab) sehingga memahami struktur sosial dan ajaran agama yang terkait dengan pergaulan laki-laki dan perempuan. 
11.  Membiasakan dengan pakaian yang sesuai dengan jenis kelaminnya dalam kehidupan sehatri-hari dan juga melaksanakan salat akan mempermudah anak memahami dan menghormati anggota tubuhnya. 
Sebagaimana telah disebutkan, teknik pendidikan seks tersebut dilakukan dengan menyesuaikan terhadap kemampuan dan pemahaman anak sehingga teknik penyampaian dan bahasa amat perlu dipertimbangkan.

1 komentar:

  1. Makasih gan artikelnya sangat membantu di tunggu artikelnya yang laim..

    Vimax Izon Asli

    BalasHapus