1.
PENGERTIAN
-
Combustio atau luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas,
arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan
yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
-
Luka bakar adalah luka yang disebabkan
oleh pengalihan energy dari suatu panas kepada tubuh. Panas tersebut dapat
dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik (Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Edisi 8. Smeltzer, Bare, 2002).
2.
ETIOLOGI
a.
Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)
-
Gas
-
Cairan
-
Bahan padat (Solid)
b.
Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical
Burn)
c.
Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
d.
Luka Bakar Radiasi (Radiasi
Injury)
3. PATOFISIOLOGI
Cedera termis menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
sampai syok yang menimbulkan asidosis, nekrosis tubular akut dan disfungsi
serebral. Kondisi ini dapat dijumpai pada fase darurat, syok biasanya
berlangsung sampai 72 jam petama.
Kehilangan kulit membuat luka mudah terinfeksi. Selain itu, kehilangan
kulit yang luas menyebabkan penguapan cairan tubuh yang berlebihan disertai
dengan pengeluaran protein dan energi sehingga terjadi gangguan metabolisme.
Jaringan nekrosis yang ada melepaskan toksin (burn toksin, suatu lipid
protein kompleks) yang dapat menimbulkan sepsis yang menyebabkan disfungsi dan
kegagalan fungsi organ seperti paru dan hepar yang berakhir dengan kematian.
Reaksi inflamasi yang berkepanjangan menyebabkan kerapuhan jaringan dan
struktur fungsional. Kondisi ini menyebabkan parut yang tidak beraturan,
kontraktur, deformitas sendi.
Klasifikasi Luka Bakar
a.
Derajat Luka Bakar
Kedalaman dan Penyebab Luka Bakar
|
Bagian Kulit yang Terkena
|
Gejala
|
Penampilan Luka
|
Perjalanan Kesembuhan
|
Derajat I (Superfisial)
- Tersengat matahari
- Terkena api dengan intensitas rendah
|
Epidermis
|
- Kesemutan
- Hiperestesia (supersensitivitas)
- Rasa nyeri mereda jika didinginkan
|
- Memerah; menjadi putih jika ditekan
- Minimal atau tanpa edema
|
- Kesembuhan lengkap dalam waktu satu minggu
- Pengelupasan kulit
|
Derajat II
(Partial Thickness)
- Tersiram air mendidih
- Terbakar oleh nyala api
|
Epidermis dan
bagian dermis
|
- Nyeri
- Hiperestesia
- Sensitif terhadap udara dingin
|
- Melepuh; dasar luka berbintik-bintik merah; epidermis
retak; permukaan luka basah
- Edema
|
- Kesembuhan dalam waktu 2-3 minggu
- Pembentukan parut dan dipigmentasi
- Infeksi dapat mengubahnya menjadi derajat III
|
Derajat III
(Full -Thickness)
- Terbakar nyalanya api
- Terkena cairan mendidih dalam waktu yang lama
- Tersengat arus listrik
|
Epidermis,
keseluruhan dermis dan kadang-kadang jaringan subkutan
|
- Tidak terasa nyeri
- Syok
- Hematuria (darah dalam urin) dan kemungkinan pula
hemolisis (destruksi sel darah merah)
- Kemungkinan terdapat luka masuk dan keluar (pada luka
bakar listrik)
|
- Kering; luka bakar berwarna putih seperti bahan kulit
atau gosong
- Kulit retak dengan bagian lemak yang tampak
- Edema
|
- Pembentukan eskar
- Diperlukan pencangkokan
- Pembentukan parut dan hilangnya kontur dan fungsi kulit
- Hilangnya jari tangan atau ekstremitas dapat terjadi
|
(Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Smeltzer, Bare, 2002)
b.
Luas Permukaan
Tubuh yang Terbakar
Rumus
Sembilan (Rule of Nines)
Sistem yang menggunakan persentase dalam kelipatan sembilan terhadap
permukaan tubuh yang luas.
1)
Kepala
dan leher : 9%
2)
Lengan
masing-masing 9% :
18%
3)
Badan
depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4)
Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5)
Genetalia/perineum :
1%
Total : 100%
(Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Smeltzer, Bare, 2002)
c.
Berat ringannya luka bakar
Untuk
mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain
:
1.
Persentasi area
(Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2.
Kedalaman
luka bakar.
3.
Anatomi
lokasi luka bakar.
4.
Umur
klien.
5.
Riwayat
pengobatan yang lalu.
6.
Trauma yang
menyertai atau bersamaan.
Fase
Luka Bakar
A.
Fase
Darurat.
Disebut sebagai fase
awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan
airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa
saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan
akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita
pada fase akut.
Pada fase darurat sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Smeltzer, Bare, 2002).
B.
Fase
akut.
Berlangsung
setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka
yang terjadi menyebabkan:
1.
Proses inflamasi dan infeksi.
2.
Problem
penutupan luka dengan titik perhatian
pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau
organ – organ fungsional.
3.
Keadaan hipermetabolisme.
C.
Fase
rehabilitasi.
Fase lanjut
akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan
fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas
dan kontraktur.
Pathway : (Hudak & Gallo; 1997)
Bahan Kimia
|
Termis
|
Listrik/petir
|
Radiasi
|
LUKA BAKAR
|
MK:
§ Gangguan
Konsep diri
§ Kurang
pengetahuan
§ Anxietas
|
Pada
Wajah
|
Kerusakan
kulit
|
Di
ruang tertutup
|
Kerusakan
mukosa
|
Oedema
laring
|
Gagal
nafas
|
MK: Jalan nafas
tidak efektif
|
Biologis
|
Keracunan gas CO
|
CO
mengikat Hb
|
Hb tidak mampu mengikat O2
|
Obstruksi jalan nafas
|
Hipoxia
otak
|
Penguapan
meningkat
|
Peningkatan pembuluh darah
kapiler
|
Ektravasasi cairan (H2O,
Elektrolit, protein)
|
Tekanan
onkotik menurun. Tekanan hidrostatik meningkat
|
Cairan
intravaskuler menurun
|
Hipovolemia dan
hemokonsentrasi
|
Gangguan
sirkulasi makro
|
Masalah Keperawatan:
§ Resiko
tinggi terhadap infeksi
§ Gangguan
rasa nyaman
§ Ganguan
aktivitas
§ Kerusakan
integritas kulit
|
Masalah Keperawatan:
§ Kekurangan volume cairan
§ Gangguan perfusi jaringan
|
Gangguan
sirkulasi seluler
|
Gangguan
perfusi organ penting
|
Gangguan
perfusi
|
Laju
metabolisme meningkat
|
Glukoneogenesis glukogenolisis
|
MK: Perubahan nutrisi
|
Otak
|
Hipoxia
|
Sel otak
mati
|
Gagal
fungsi
sentral
|
Kardiovaskuler
|
Ginjal
|
Kebocoran
kapiler
|
Penurunan curah
jantung
|
Gagal jantung
|
Hipoxia sel
ginjal
|
Fungsi ginjal
menurun
|
Gagal ginjal
|
Hepar
|
Pelepasan
katekolamin
|
Hipoxia hepatik
|
Gagal hepar
|
GI Traktus
|
Dilatasi lambung
|
Neurologi
|
Gangguan
Neurologi
|
Hambahan pertumbuhan
|
MULTI SISTEM ORGAN FAILURE
|
Psikologis
|
Imun
|
Daya tahan
tubuh menurun
|
4. MANIFESTASI
KLINIS
Derajat I
- Kesemutan
- Hiperestesia (supersensitivitas)
- Rasa nyeri
Derajat II
-
Nyeri
-
Hiperestesia
-
Sensitif terhadap udara dingin
Derajat III
-
Tidak terasa nyeri
-
Syok
-
Hematuria (darah dalam urin) dan kemungkinan pula
hemolisis (destruksi sel darah merah)
-
Kemungkinan terdapat luka masuk dan keluar (pada luka
bakar listrik)
5. KOMPLIKASI
a. Nyeri akibat terputusnya kontinuitas jaringan dan
menyebabkan zat kimia mengeluarkan serotonin, bradikinin dan histamine dan
merangsang impuls saraf yagn dikeluarkan oleh korteks serebri.
b. Pola kebutuhan oksigen pada luka bakar yang berat,
konsumsi oksigen oleh jaringan tubuh akan meningkat dua kali lipat akibat dari
keadaan hipermetabolisme dan respon lokal, untuk memastikan tersedianya oksigen
dari jaringan mungkin diperlukan suplemen oksigen.
c. Perubahan pola keseimbangan cairan. Volume darah yang
beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadinya syok luka bakar.
d. Pola nutrisi. Kebutuhan makan klien akan berkurang dengan
adanya luka bakar yang luas.
e. Gangguan mobilisasi fisik. Dengan adanya luka bakar akan
menyebabkan terjadinya kekakuan sendi sampai kontraktur.
f. Kecemasan. Pada luka bakar akan menyebabkan terjadinya
kecemasan karena kerusakan kulit dan kesembuhan yang lama.
6. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a.
Hitung
darah lengkap: peningkatan Ht (Hematokrit: persentase sel darah merah dalam
seluruh volume darah) awal menunjukan hemokonsentrasi sehubungan dengan
perpindahan/kehilangan cairan. Selanjutnya menurunkan Ht dan SDM (Sel Darah
Merah) dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap endotelium
pembuluh darah.
b.
SDP:
Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka dan
respons inflamasi terhadap cedera.
c.
GDA:
Dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan PaO2/peningkatan PaCO2
mungkin terihat pada retensi karbon monoksida. Asidosis dapat terjadi
sehubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan kehilangan mekanisme kompensasi
pernapasan.
d.
COHbg
(karboksi hemoglobin): Peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan
karbon monoksida/cedera inhalasi.
e.
Elektrolit
serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan/kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal; hipokalemia dapat terjadi
bila mulai diuresis; magnesium mungkin menuru. Natrium pada awal mungkin
menurun pada kehilangan air; hipernatremia dapat terjadi selanjutnya saat
terjadi konservasi ginjal.
f.
Natrium
Urine Random: Lebih besar dari 20 mEg/L mengindikasikan kelebihan resusitasi
cairan: kurang dari 10 mEg/L menduga ketidakadekuatan resusitasi cairan.
g.
Alkain
fosfat: Peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial/gangguan
pompa natrium.
h.
Glukosa
serum: Peninggian menunjukan respon stress.
i.
Albumin
serum: Rasio albumin/globulin mungkin terbalik sehubungan dengan kehilangan
protein pada edema cairan.
j.
BUN/kreatinin:
Peninggian mununjukan penurunan perfusi/fungsi ginjal: namun kreatinin dapat
meningkat karena cedera jaringan.
k.
Urine:
Adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukan kerusakan jaringan dalam dan
kehilangan protein (khususnya terlihat pada luka bakar listrik serius). Warna
hitam kemerahan pada urine sehubungan dengan mioglobin. Kultur luka: mungkin
diambil untuk data dasar dan diulang secara periodik.
l.
Foto
rontgen dada: Dapat tampak normal pada pasca luka bakar dini meskipun dengan
cedera inhalasi; namun cedera inhalasi sesungguhnya akan ada saat progresif
tanpa foto dada.
m.
Bronkoskopi
serat optik: Berguna dalam diagnosa luas cedera inhalasi; hasil dapat meliputi
edema, perdarahan dan/atau tukak pada saluran pernapasan atas.
n.
Loop
aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek/luasnya cedera
inhalasi.
o.
Skan
paru: Mungkin dilakukan untuk menentukan luasnya cedera inhalasi.
p.
EKG:
Tanda iskemia miokardial/disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik.
q.
(Rencana Asuhan Keperawatan, Marilynn E.
Doenges Edisi 8, 2000)
|
7. PENATALAKSANAAN
A.
Resusitasi A,
B, C.
1)
Pernafasan:
a)
Udara
panas à mukosa rusak à oedem à obstruksi.
b)
Efek
toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin à iritasi à
Bronkhokontriksi à obstruksi à gagal nafas.
2)
Sirkulasi:
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra
vaskuler pindah ke ekstra vaskuler à hipovolemi relatif à syok à ATN à gagal ginjal.
B.
Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur
luka.
C.
Resusitasi
cairan à Baxter.
Dewasa :
Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
Anak:
jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
< 1 tahun :
BB x 100 cc
1 – 3 tahun :
BB x 75 cc
3 – 5 tahun :
BB x 50 cc
½ à
diberikan 8 jam pertama
½ à
diberikan 16 jam berikutnya.
Hari
kedua:
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
(
3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
D.
Monitor urine
dan Central Venous Pressure (CVP).
E.
Topikal dan
tutup luka
-
Cuci
luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
-
Tulle.
-
Silver sulfa diazin tebal.
-
Tutup kassa tebal.
-
Evaluasi
5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
F.
Obat –
obatan:
o
Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6
jam sejak kejadian.
o
Bila
perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
o
Analgetik : kuat (morfin, petidine)
o
Antasida :
kalau perlu
8.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN
a)
Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang
gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b) Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT):
hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok
listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik);
pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
c)
Integritas
ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan,
kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal,
menarik diri, marah.
d)
Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase
darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan
ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik
gastrik.
e)
Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f)
Neurosensori:
Gejala:
area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan
refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok
listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan
(syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera
listrik pada aliran saraf).
g)
Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama
secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan
suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon
pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf;
luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h)
Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengi; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka
bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan
dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru);
stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
i)
Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak
terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada
beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat,
dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan
dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubungan
dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen
penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti
kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera
secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan
dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih
sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka
aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal
tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
(Rencana Asuhan Keperawatan, Marilynn E.
Doenges Edisi 8, 2000)
|
j)
Pemeriksaan
diagnostik:
(1)
LED: mengkaji hemokonsentrasi.
(2)
Elektrolit
serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting
untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena
peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
(3)
Gas-gas
darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya
pada cedera inhalasi asap.
(4)
BUN
dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
(5)
Urinalisis
menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka
bakar ketebalan penuh luas.
(6)
Bronkoskopi
membantu memastikan cedera inhalasi asap.
(7)
Koagulasi
memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
(8)
Kadar
karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
II. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Marilynn E. Doenges dalam Nursing Care Plans,
Guidelines for Planning and Documenting Patient Care mengemukakan beberapa diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
1 Resiko tinggi bersihan jalan
nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan
hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan
dada atau keterdatasan pengembangan dada.
2
Resiko
tinggi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan
kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan
perdarahan.
3
Resiko
kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder
terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
4
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan
primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan
sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
5
Nyeri
berhubungan dengan Kerusakan
kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi jaringan
cidera contoh debridemen luka.
6
Resiko
tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran
darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.
7
Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari
proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein.
8
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
9
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan
Trauma : kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit
(parsial/luka bakar dalam).
10
Gangguan
citra tubuh (penampilan peran) berhubungan
dengan krisis situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung,
kecacatan dan nyeri.
11
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak
mengenal sumber informasi.
III.
Rencana/Intervensi
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana
Keperawatan
|
||
Tujuan dan
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakheobronkhial; oedema mukosa;
kompressi jalan nafas .
|
Bersihan jalan nafas tetap efektif.
Kriteria Hasil : Bunyi nafas vesikuler, RR dalam batas normal, bebas
dispnoe/cyanosis.
|
-
Kaji refleks gangguan/menelan; perhatikan
pengaliran air liur, ketidakmampuan menelan, serak, batuk mengi.
-
Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan ;
perhatikan adanya pucat/sianosis dan sputum mengandung karbon atau merah
muda.
-
Auskultasi paru, perhatikan stridor,
mengi/gemericik, penurunan bunyi nafas, batuk rejan.
-
Perhatikan adanya pucat atau warna buah ceri
merah pada kulit yang cidera
-
Tinggikan kepala tempat tidur. Hindari penggunaan
bantal di bawah kepala, sesuai indikasi
-
Dorong batuk/latihan nafas dalam dan perubahan
posisi sering.
-
Hisapan (bila perlu) pada perawatan ekstrem,
pertahankan teknik steril.
-
Tingkatkan istirahat suara tetapi kaji kemampuan
untuk bicara dan/atau menelan sekret oral secara periodik.
-
Selidiki perubahan perilaku/mental contoh
gelisah, agitasi, kacau mental.
-
Awasi 24 jam keseimbngan cairan, perhatikan
variasi/perubahan.
-
Lakukan program kolaborasi meliputi :
Berikan pelembab O2 melalui cara yang tepat, contoh masker
wajah
-
Awasi/gambaran seri GDA
-
Kaji ulang seri rontgen
-
Berikan/bantu fisioterapi dada/spirometri
intensif.
-
Siapkan/bantu intubasi atau trakeostomi sesuai
indikasi.
|
-
Dugaan cedera inhalasi
-
Takipnea, penggunaan otot bantu, sianosis dan
perubahan sputum menunjukkan terjadi distress pernafasan/edema paru dan
kebutuhan intervensi medik.
-
Obstruksi jalan nafas/distres pernafasan dapat
terjadi sangat cepat atau lambat contoh sampai 48 jam setelah terbakar.
-
Dugaan adanya hipoksemia atau karbon monoksida.
-
Meningkatkan ekspansi paru optimal. Bila kepala/leher terbakar, bantal dapat menghambat
pernafasan, menyebabkan nekrosis pada kartilago telinga yang terbakar dan
meningkatkan konstriktur leher.
-
Meningkatkan ekspansi paru, memobilisasi dan
drainase sekret.
-
Membantu mempertahankan jalan nafas bersih,
tetapi harus dilakukan kewaspadaan karena edema mukosa dan inflamasi. Teknik
steril menurunkan risiko infeksi.
-
Peningkatan sekret/penurunan kemampuan untuk
menelan menunjukkan peningkatan edema trakeal dan dapat mengindikasikan
kebutuhan untuk intubasi.
-
Meskipun sering berhubungan dengan nyeri,
perubahan kesadaran dapat menunjukkan terjadinya/memburuknya hipoksia.
-
Perpindahan cairan atau kelebihan penggantian
cairan meningkatkan risiko edema paru. Catatan : Cedera inhalasi
meningkatkan kebutuhan cairan sebanyak 35% atau lebih karena edema.
-
O2 memperbaiki hipoksemia/asidosis.
Pelembaban menurunkan pengeringan saluran pernafasan dan menurunkan
viskositas sputum.
-
Data dasar penting untuk pengkajian lanjut status
pernafasan dan pedoman untuk pengobatan. PaO2 kurang dari 50, PaCO2
lebih besar dari 50 dan penurunan pH menunjukkan inhalasi asap dan terjadinya
pneumonia/SDPD.
-
Perubahan menunjukkan atelektasis/edema paru tak
dapat terjadi selama 2 – 3 hari setelah terbakar
-
Fisioterapi dada mengalirkan area dependen paru,
sementara spirometri intensif dilakukan untuk memperbaiki ekspansi paru,
sehingga meningkatkan fungsi pernafasan dan menurunkan atelektasis.
-
Intubasi/dukungan mekanikal dibutuhkan bila jalan
nafas edema atau luka bakar mempengaruhi fungsi paru/oksegenasi.
|
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan
kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan
perdarahan.
|
Pasien dapat mendemostrasikan status cairan dan biokimia membaik.
Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema,
elektrolit serum dalam batas normal, haluaran urine di atas 30 ml/jam.
|
- Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan kapiler dan kekuatan
nadi perifer.\
- Awasi pengeluaran urine dan berat jenisnya. Observasi
warna urine dan hemates sesuai indikasi.
- Perkirakan drainase luka dan kehilangan yang tampak
- Timbang berat badan setiap hari
- Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar tiap hari sesuai
indikasi
- Selidiki
perubahan mental
- Observasi
distensi abdomen,hematomesis,feces hitam. Hemates drainase NG dan feces secara periodik.
Lakukan program kolaborasi meliputi :
- Pasang / pertahankan kateter urine
- Pasang/ pertahankan ukuran kateter IV.
- Berikan penggantian cairan IV yang dihitung,
elektrolit, plasma, albumin.
- Awasi hasil pemeriksaan laboratorium ( Hb, elektrolit,
natrium ).
Berikan
obat sesuai indikasi:
- Diuretika
contohnya Manitol (Osmitrol)
- Kalium
- Antasida
Pantau:
- Tanda-tanda vital setiap jam selama periode darurat,
setiap 2 jam selama periode akut, dan setiap 4 jam selama periode
rehabilitasi.
- Warna
urine.
- Masukan dan haluaran setiap jam selama periode darurat,
setiap 4 jam selama periode akut, setiap 8 jam selama periode rehabilitasi
- Hasil-hasil JDL dan laporan elektrolit.
- Berat
badan setiap hari.
- CVP (tekanan vena sentral) setiap jam bila diperlukan.
-
Status umum setiap 8 jam.
-
Pada penerimaan rumah sakit, lepaskan semua pakaian dan
perhiasan dari area luka bakar.
-
Mulai terapi IV yang ditentukan dengan jarum lubang besar (18G), lebih
disukai melalui kulit yang telah terluka bakar. Bila pasien menaglami luka
bakar luas dan menunjukkan gejala-gejala syok hipovolemik, bantu dokter
dengan pemasangan kateter vena sentral untuk pemantauan CVP.
-
Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia,
CVP < 6 mmHg, bikarbonat serum di bawah rentang normal, gelisah, TD di
bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap.
-
Konsultasi dokter bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.
-
Tes guaiak muntahan warna kopi atau feses ter hitam. Laporkan
temuan-temuan positif.
-
Berikan antasida yag diresepkan atau antagonis reseptor histamin seperti
simetidin
|
- Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan
mengkaji respon kardiovaskuler.
- Penggantian cairan dititrasi untuk meyakinkan rata-2
pengeluaran urine 30-50 cc/jam pada orang dewasa. Urine berwarna merah pada
kerusakan otot masif karena adanyadarah dan keluarnya mioglobin.
- Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein,
proses inflamasi dan kehilangan cairan melalui evaporasi mempengaruhi volume
sirkulasi dan pengeluaran urine.
- Penggantian cairan tergantung pada berat badan pertama
dan perubahan selanjutnya
- Memperkirakan luasnya oedema/perpindahan cairan yang
mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.
- Penyimpangan pada tingkat kesadaran dapat
mengindikasikan ketidak adequatnya volume sirkulasi/penurunan perfusi
serebral
- Stres (Curling) ulcus terjadi pada setengah dari semua
pasien yang luka bakar berat(dapat terjadi pada awal minggu pertama).
- Observasi ketat fungsi ginjal dan mencegah stasis atau
refleks urine.
- Memungkinkan infus cairan cepat.\
- Resusitasi cairan menggantikan kehilangan
cairan/elektrolit dan membantu mencegah komplikasi.
- Mengidentifikasi kehilangan darah/kerusakan SDM dan
kebutuhan penggantian cairan dan
elektrolit.
- Meningkatkan pengeluaran urine dan membersihkan tubulus
dari debris /mencegah nekrosis.
- Penggantian lanjut karena kehilangan urine dalam jumlah
besar
- Menurunkan keasaman gastrik sedangkan inhibitor
histamin menurunkan produksi asam hidroklorida untuk menurunkan produksi asam
hidroklorida untuk menurunkan iritasi gaster.
- Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Periode darurat (awal 48 jam pasca
luka bakar) adalah periode kritis yang ditandai oleh hipovolemia yang
mencetuskan individu pada perfusi ginjal dan jarinagn tak adekuat.
- Penggantian
cairan cepat penting untuk mencegah gagal ginjal. Kehilangan cairan bermakna terjadi melalui jarinagn
yang terbakar dengan luka bakar luas. Pengukuran tekanan vena sentral
memberikan data tentang status volume cairan intravaskular.
- Temuan-temuan ini mennadakan hipovolemia dan perlunya
peningkatan cairan. Pada lka bakar luas, perpindahan cairan dari ruang
intravaskular ke ruang interstitial menimbukan hipovolemi.
- Pasien rentan pada kelebihan beban volume intravaskular
selama periode pemulihan bila perpindahan cairan dari kompartemen
interstitial pada kompartemen intravaskuler.
- Temuan-temuan guaiak positif ennandakan adanya
perdarahan GI. Perdarahan GI menandakan adaya stres ulkus (Curling’s).
- Mencegah perdarahan GI. Luka bakar luas mencetuskan
pasien pada ulkus stres yang disebabkan peningkatan sekresi hormon-hormon
adrenal dan asam HCl oleh lambung.
|
Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder
terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
|
Pasien dapat mendemonstrasikan oksigenasi adekuat.
Kriteroia evaluasi: RR 12-24 x/mnt, warna kulit normal, GDA dalam renatng
normal, bunyi nafas bersih, tak ada kesulitan bernafas.
|
-
Pantau laporan GDA dan kadar karbon monoksida serum.
-
Beriakan suplemen oksigen pada tingkat yang ditentukan. Pasang atau bantu
dengan selang endotrakeal dan temaptkan pasien pada ventilator mekanis sesuai
pesanan bila terjadi insufisiensi pernafasan (dibuktikan dnegna hipoksia,
hiperkapnia, rales, takipnea dan perubahan sensorium).
-
Anjurkan pernafasan dalam dengan penggunaan spirometri insentif setiap 2
jam selama tirah baring.
-
Pertahankan posisi semi fowler, bila hipotensi tak ada.
-
Untuk luka bakar sekitar torakal, beritahu dokter bila terjadi dispnea
disertai dengan takipnea. Siapkan pasien untuk pembedahan
eskarotomi sesuai pesanan.
|
-
Mengidentifikasi kemajuan dan penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Inhalasi asap dapat merusak alveoli, mempengaruhi pertukaran gas pada membran
kapiler alveoli.
-
Suplemen oksigen meningkatkan jumlah oksigen yang tersedia untuk
jaringan. Ventilasi mekanik diperlukan untuk pernafasan dukungan sampai pasie
dapat dilakukan secara mandiri.
-
Pernafasan dalam mengembangkan alveoli, menurunkan resiko atelektasis.
-
Memudahkan ventilasi dengan menurunkan tekanan abdomen terhadap
diafragma.
-
Luka bakar sekitar torakal dapat membatasi ekspansi adda. Mengupas kulit
(eskarotomi) memungkinkan ekspansi dada.
|
Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit;
jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat;
penurunan Hb, penekanan respons inflamasi
|
Pasien bebas dari infeksi.
Kriteria evaluasi: tak ada demam, pembentukan jaringan granulasi baik.
|
Pantau:
-
Penampilan luka bakar (area luka bakar, sisi donor dan status balutan di
atas sisi tandur bial tandur kulit dilakukan) setiap 8 jam.
-
Suhu setiap 4 jam.
-
Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan.
-
Bersihkan area luka bakar setiap hari dan lepaskan jaringan nekrotik
(debridemen) sesuai pesanan. Berikan mandi kolam sesuai pesanan,
implementasikan perawatan yang ditentukan untuk sisi donor, yang dapat
ditutup dengan balutan vaseline atau op site.
-
Lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim baru. Gunakan sarung
tangan steril dan berikan krim antibiotika topikal yang diresepkan pada area
luka bakar dengan ujung jari. Berikan krim secara menyeluruh di atas luka.
-
Beritahu dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk dari area luka
bakar, sisi donor atau balutan sisi tandur. Dapatkan kultur luka dan berikan
antibiotika IV sesuai ketentuan.
-
Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan lakukan kewaspadaan untuk luka
bakar luas yang mengenai area luas tubuh. Gunakan linen tempat tidur steril,
handuk dan skort untuk pasien. Gunakan skort steril, sarung tangan dan
penutup kepala dengan masker bila memberikan perawatan pada pasien. Tempatkan
radio atau televisis pada ruangan pasien untuk menghilangkan kebosanan.
-
Bila riwayat imunisasi tak adekuat, berikan globulin imun tetanus manusia
(hyper-tet) sesuai pesanan.
-
Mulai rujukan pada ahli diet, berikan protein tinggi, diet tinggi kalori.
Berikan suplemen nutrisi seperti ensure atau sustacal dengan atau antara
makan bila masukan makanan kurang dari 50%. Anjurkan NPT atau makanan enteral
bial pasien tak dapat makan per oral.
|
-
Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimapngan dari hasil
yang diharapkan.
-
Pembersihan dan pelepasan jaringan nekrotik meningkatkan pembentukan
granulasi.
-
Antimikroba topikal membantu mencegah infeksi. Mengikuti prinsip aseptik
melindungi pasien dari infeksi. Kulit yang gundul menjadi media yang baik
untuk kultur pertumbuhan baketri.
-
Temuan-temuan ini menandakan infeksi. Kultur membantu mengidentifikasi
patogen penyebab sehingga terapi antibiotika yang tepat dapat diresepkan.
Karena balutan hanya diganti setiap
5-10 hari, sisi ini memberikan media kultur untuk pertumbuhan bakteri.
-
Kulit adalah lapisan pertama tubuh untuk pertahanan terhadap infeksi.
Teknik steril dan tindakan perawatan perlindungan lainmelindungi pasien
terhadap infeksi. Kurangnya berbagai rangsang ekstrenal dan kebebasan
bergerak mencetuskan pasien pada kebosanan.
-
Melindungi terhadap tetanus.
-
Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi paling baik
status nutrisi pasien dan merencanakan diet untuk emmenuhi kebuuthan nutrisi
penderita. Nutrisi adekuat memabntu penyembuhan luka dan
memenuhi kebutuhan energi.
|
Nyeri berhubungan dengan Kerusakan
kulit/jaringan; pembentukan edema. Manipulasi jaringan
cidera contoh debridemen luka.
|
Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.
Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi
wajah dan postur tubuh rileks.
|
-
Kaji
keluhan nyeri, perhatikan lokasi/karakter dan intensitas (skala 0-10)
-
Lakukan
penggantian balutan dan debridement setelah pasien diberi obat dan/atau pada hidroterapi
-
Berikan anlgesik narkotik yang diresepkan dan sedikitnya 30 menit sebelum prosedur
perawatan luka. Evaluasi keefektifannya. Anjurkan analgesik IV bila luka
bakar luas.
-
Pertahankan pintu kamar tertutup, tingkatkan suhu ruangan dan berikan
selimut ekstra untuk memberikan kehangatan.
-
Berikan ayunan di atas tempat tidur bila diperlukan.
-
Bantu dengan pengubahan posisi setiap 2 jam bila diperlukan. Dapatkan
bantuan tambahan sesuai kebutuhan, khususnya bila pasien tak dapat membantu
membalikkan badan sendiri.
|
-
Perubahan
lokasi/karakter/intensitas nyeri daapt mengindikasikan terjadinya komplikasi
(iskemia tungkai) atau perbaikan/kembalinya fungsi saraf/sensasi
-
Menurunkan
terjadinya distress fisik dan emosi sehubungan dengan penggantian balutan dan
debridement
-
Analgesik narkotik diperlukan utnuk memblok jaras nyeri dengan nyeri
berat. Absorpsi obat IM buruk pada pasien dengan luka bakar luas yang
disebabkan oleh perpindahan interstitial berkenaan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler.
-
Panas dan air hilang melalui jaringan luka bakar, menyebabkan hipoetrmia.
Tindakan eksternal ini membantu menghemat kehilangan panas.
-
Menururnkan nyeri dengan mempertahankan berat badan jauh dari linen
temapat tidur terhadap luka dan menuurnkan pemajanan ujung saraf pada aliran
udara.
-
Menghilangkan tekanan pada tonjolan tulang dependen. Dukungan adekuat
pada luka bakar selama gerakan membantu meinimalkan ketidaknyamanan.
|
Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi
neurovaskuler perifer berhubungan
dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka
bakar seputar ekstremitas dengan edema.
|
Pasien menunjukkan sirkulasi tetap adekuat.
Kriteria evaluasi: warna kulit normal, menyangkal kebas dan kesemutan,
nadi perifer dapat diraba.
|
-
Kaji
warna, sensasi, gerakan, nadi perifer dan pengisian kapiler pada ekstremitas
-
Untuk luka bakar yang mengitari ekstermitas atau luka bakar listrik,
pantau status neurovaskular dari ekstermitas setaip 2 jam.
-
Pertahankan ekstermitas bengkak
ditinggikan.
-
Beritahu dokter dengan segera bila terjadi nadi berkurang, pengisian
kapiler buruk, atau penurunan sensasi. Siapkan untuk
pembedahan eskarotomi sesuai pesanan.
|
-
Pembentukan
edema dapat secara cepat menekan pembuluh darah, sehingga mempengaruhi
sirkulasi dan meningkatkan stasis vena/edema.
-
Mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil
yang diharapkan.
-
Meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan pembengkakan.
-
Temuan-temuan ini menandakan keruskana sirkualsi distal. Dokter dapat
mengkaji tekanan jaringan untuk emnentukan kebutuhan terhadap intervensi
bedah. Eskarotomi (mengikis pada eskar) atau fasiotomi mungkin diperlukan
untuk memperbaiki sirkulasi adekuat.
|
Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit sekunder
destruksi lapisan kulit.
|
Memumjukkan regenerasi jaringan
Kriteria hasil: Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.
|
- Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan
jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
- Lakukan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan
kontrol infeksi.
- Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi.
I.
Balutan biosintetik (Biobrane)
II.
Balutan sintetik (DuoDerm)
III.
Op-site
- Tinggikan area graft bila mungkin/tepat. Pertahankan
posisi yang diinginkan dan imobilisasi area bila diindikasikan.
- Pertahankan balutan diatas area graft baru dan/atau
sisi donor sesuai indikasi.
- Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan minyaki dengan
krim, beberapa waktu dalam sehari, setelah balutan dilepas dan penyembuhan
selesai.
Lakukan program kolaborasi :
- Siapkan / bantu prosedur bedah/balutan biologis.
|
- Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman
kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada aera graft.
- Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan
resiko infeksi/kegagalan kulit.
- Kain nilon/membran silikon mengandung kolagen porcine
peptida yang melekat pada permukaan luka sampai lepasnya atau mengelupas
secara spontan kulit repitelisasi.
- Balutan hidroaktif yang melekat pada kulit untuk
menutupi luka bakar ketebalan parsial kecil dan interaksi dengan eksudat luka
untuk membentuk jel lembut yang membantu sisi donor.
- Tipis, transparan, elastik, tahan air, balutan oklusif
(permeabel pada kelembaban dan udara yang digunakan untuk menutup luka
ketabalan parsial bersih dan memberihkansisi donor.
- Menurunkan pembengkakan /membatasi resiko pemisahan
graft. Gerakan jaringan dibawah graft dapat mengubah posisi yang mempengaruhi
penyembuhan optimal.
- Area mungkin ditutupi oleh bahan dengan permukaan
tembus pandang tak reaktif.
- Kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan
perawatan khusus untuk mempertahankan kelenturan.
- Graft kulit diambil dari kulit orang itu sendiri/orang
lain untuk penutupan sementara pada luka bakar luas sampai kulit orang itu
siap ditanam.
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d status hipermetabolik dan
katabolisme protein ditandai dengan penurunan berat badan total, kehilangan
massa otot/lemak subkutan, dan terjadinya keseimbangan nitrogen negatif
|
Pasien menunjukan pemasukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil: berat badan stabil/massa otot terukur, keseimbangan
nitrogen positif dan regenerasi
jaringan
|
- Auskultasi bising usus, perhatikan hipoaktif/tak ada
bunyi.
- Pertahankan jumlah kalori ketat. Timbang tiap hari.
- Berikan makanan sedikit tapi sering
- Pastikan makanan yang disukai/tak disukai. Dorong orang
terdekat untuk membawa makanan dari rumah yang tepat.
- Dorong pasien untuk duduk saat makan dan dikunjungi
orang lain
- Berikan kebersihan oral sebelum makan
Kolaborasi:
- Rujuk ke ahli diet
- Berikan diet TKTP
- Pasang/pertahankan makanan sedikit melalui selang
enterik/tambahan bila dibutuhkan
- Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh albumin serum,
kreatinin, transferin, nitrogen urea urine
- Berikan insulin sesuai indikasi
|
- Ileus sering berhubungan dengan periode pasca-luka
bakar tetapi biasanya dalam 36-48 jam dimana makanan oral dapat dimulai
- Pedoman tepat untuk pemasukan kalori tepat. Sesuai
penyembuhan luka, persentase area luka bakar di evaluasi untuk menghitung
bentuk diet yang diberikan dan penilaian yang tepat dibuat.
- Membantu mencegah distensi gaster
- Memberikan pasien/orang terdekat rasa kontrol;
meningkatkan partisipasi dalam perawatan dan dapat memperbaiki pemasukan
- Duduk dapat membantu mencegah aspirasi dan membantu pencernaan
makanan yang baik. Sosialisasi meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan
pemasukan.
- Meningkatkan rasa dan membantu napsu makan yang baik
- Membantu dalam menentukan kebutuhan nutrisi
individu/pasien
- Kalori (3000-5000/hari), protein, dan vitamin yang
dibutuhkan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan metabolik, mempertahankan
berat badan dan mendorong regenerasi jaringan.
- Memberikan makanan kontinu/tambahan bila pasien tidak
mampu untuk mengkonsumsi kebutuhan kalori total harian secara oral
- Indikator kebutuhan nutrisi dan keadekuatan diet/terapi
- Peningkatan kadar glukosa serum dapat terjadi
sehubungan dengan respon stress terhadap cedera, pemasukan tinggi kalori,
kelelahan pankreas.
|
(Rencana Asuhan Keperawatan, Marilynn E.
Doenges Edisi 8, 2000)
|
IV.
IMPLEMENTASI
Implementasi
merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan
keprawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi.
Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada
kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah
dari petugas kesehatan lain.
Tindakan
kolaboratif adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama seperti
dokter dan petugas kesehatan lain (Tarwoto
Wartona, 2006).
V.
EVALUASI
Evaluasi
perkembangan kesehatan klien dapat dilihat dari hasilnya, tujuannya adalah
mengetahui sejauhmana tujuan keperawatan dapat dicapai dan memberikan umpan
balik terhadap Asuhan Keperawatan yang diberikan.
Langkah-langkah
evaluasi :
1. Daftar tujuan-tujuan klien
2. Lakukan pengkajian apakah klien dapat melakukan sesuatu
3. Bandingkan antara
tujuan dan kemampuan klien
4. Diskusikan dengan
klien, apakah tujuan dapat
tercapai atau tidak
(Tarwoto Wartonah, 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar